Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni yang Mencatut Sejarah Tapi Bohong

4 September 2021   01:43 Diperbarui: 4 September 2021   01:48 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentas RASIS berbungkus seni?

Saya bukan seniman apalagi sastrawan dan tentunya jauh dari pemahaman seluk beluk dunia seni termasuk teatrikal. Basic Pendidikan saya adalah kehutanan yang nota bene adalah dunia eksata, ilmu pasti. Tentu tidak muda bagi saya memahami perihal seni.

Ilmu seni mungkin terakhir kali saya belajar saat duduk di bangku SMP dalam mata pelajaran Kesenian, yah karena sudah lebih dari 25 Tahun lalu tentu sudah blank di otak saya, Untuk definisi seni dan dunia nya di era milenia ini saya hanya bermodal nyontek dari ‘mbah google’ dan situs Wikipedia.

Ada beberapa karya seni yang membuat saya kagum dan bingung dengan dunia seni, tapi tak apalah belajar itu di kata terlambat  ajal telah menjemput kita. Sampai tulisan ini saya buat, saya masih dalam upaya memahami dunia seni dan belum berhasil keluar dari dunia awam akan seni, sekiranya ada para Maestro seni dan Begawan Sastra atau pihak pihak yang terkait dengan dunia seni sempat membaca ini semoga memaklumi atas sifat awam saya terhadap dunia seni.

Ada beberapa karya seni yang membuat saya tercengang… entahlah karenz kagum atau bingung.. salah satunya karya Joe Reginella seorang seniman tersohor asal Amerika serikat ini karena terkait dengan perisitwa masa lalu atau peristiwa bersejarah.

Beberapa Karya Seni dari Joe Reginella yang terkait dengan Sejarah Amerika Serikat pada Peristiwa Tanggal 29 Oktober 1929, dikenal sebagai Black Tuesday, dikenang sebagian besar masyarakat Amerika Serikat sebagai hari resesi terburuk. Kala itu, pasar saham New York jatuh drastis, merupakan awal dari keruntuhan dan kehancuran bursa yang membuat panik selama lima hari. Siapa yang tahu, bahwa saat momen tersebut berlangsung, tragedi paling mengerikan ternyata juga terjadi Jembatan Brooklyn. Menurut Joe Reginella, tiga ekor gajah sirkus menerobos masuk ke perkotaan pada hari itu, menumbalkan sejumlah korban manusia dan dua gajah akhirnya mati dalam penyerbuan. Sejarah kelamnya kemudian diabadikan lewat monumen Brooklyn Bridge Elephant Stampede of 1929 hasil Karya Seni dari Joe Reginella.

Yang membuat saya heran, seni ini mencatut peristiwa bersejarah tapi sejarahnya cuma bohong, ini tidak pernah terjadi. Silahkan pembaca ( tentu yang awam seni seperti saya) mengecek sendiri, peristiwa Brooklyn Bridge Elephant Stampede of 1929.

Satu lagi karya seni yang spektakuler dari Joe Reginella yang terkait dengan peristiwa sejarah yakni pada Tanggal 2 November 1963 terjadi Pembunuhan terhadap Presiden John F. Kennedy hari itu seantero Amerika Serikat heboh seluruh media fokus meliput peristiwa Pembunuhan Presiden ini dan meluputkan suatu peristiwa yang terjadi bersamaan yakni tewasnya 400 manusia yang jadi penumpang di kapal feri. Joe Reginella membuat Monumen sebagai karya seninya untuk mengenang peristiwa ini, Monumen itu di beri nama "The memorial to the 1963 Staten Island Ferry Disaster".

Tugu memorial to the 1963 Staten Island Ferry Disasterption
Tugu memorial to the 1963 Staten Island Ferry Disasterption

Saya selaku orang yang awam Seni tapi melek sejarah menjadi bingung dengan karya seni ini, mencatut sejarah tapi sejarah bohong.

Itu kan di amrik sana, bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana dunia seni di Provinsi Sulawesi Utara ( domisili saya) ?

Tanggal 30-31 Oktober 2020 silam Institut Seni Budaya Indenpenden Manado ( ISBIM) menggelar Karya Seni yang mencatut sejarah dalam bentuk Pentas Teatrikal Pingkan Matindas yang di Sutradari oleh Achi Breyvi Talanggai. 

Pentas RASIS berbungkus seni?
Pentas RASIS berbungkus seni?

Kisah ini menceritakan tentang asmara Pingkan dan Matindas dan seorang yang bergelar Raja Bolaang Mongondow. Dalam adegan juga di tampilkan bahwa Raja Bolaang Mongondow akan melanggar adat Bolaang Mongondow yang berakhir dengan Terpenggalnya Kepala sang Raja Bolaang Mongondow, Kepala Raja Bolaang Mongondow yang telah di penggal dan di tenteng di atas Panggung Teatrikal dengan di beri warna merah sebagai tanda berdarah darah.

Adegan Kepala Raja Bolaang Mongondow di penggal
Adegan Kepala Raja Bolaang Mongondow di penggal

Anda tidak perlu repot repot membuka arsip atau dokumen sejarah yang ada di ANRI, KITLV atau Leiden Belanda karena pasti tidak akan di temukan Nama Raja Bolaang Mongondow yang di penggal. Baik itu Raja Mokodoludut, Raja Damopolii, Raja Mokodompit, Raja Mokoagow, Raja Raja Dinasty Manoppo, Raja Sugeha atau siapa saja yang bergelar Raja Bolaang Mongondow yang kepalanya di penggal. Kenapa tidak ada? Karena ini hanya Seni ( kata mereka), Tapi bohong dan Peristiwa ini tidak pernah terjadi.

Pentas Seni Teatrikal ini menghebohkan seantero Bolaang Mongondow Raya boleh di bilang terjadi kemarahan massal atas Seni teatrikal ini , Kecuali ada beberapa orang yang mengaku paham dan bagian dari seniman atau sastrawan yang tidak marah marah, mereka sangat maklum bahwa ini cuma seni. Bahkan di media sosial para Seniman dan Sastrawan ini merasa malu sebagai orang Mongondow melihat warga Bolaang Mongondow marah marah atas pencatutan Raja Bolaang Mongondow dalam Seni Teatrikal ini. Sementara masyarakat umumnya Bolaang Mongondow yang bukan seniman seperti saya, tak perduli akan apa yang di pikirkan oleh orang orang yang mengaku Sastrawan dan Seniman, Tetap marah dengan peristiwa ini, Bahkan Laskar Bogani Indonesia melaporkan peristiwa ini ke Mapolda Sulawesi Utara karena menganggap Teatrikal ini sebagai penistaan terhadap adat dan etnik Bolaang Mongondow.

Marah massal Etnis Bolaang Mongondow saat itu, bisa di pahami, lha kenapa tidak? Etnis Bolaang Mongondow adalah Fakta sejarah dan dan etnis ini masih eksis hingga saat ini, di masa lampau Bolaang Mongondow berbentuk kerajaan dan di pimpin oleh Raja adalah Fakta sejarah, Adat Bolaang Mongondow adalah fakta sejarah dan masih eksis hingga saat ini, tapi yang di tampilkan secara live streaming oleh Media Kawanua TV adalah SEJARAH FIKTIF yang tidak pernah terjadi tapi apa mau dikata, para Begawan seni dan Maestro Sastra Provinsi Sulawesi utara bersikukuh ini cuma seni ( Mungkin maksudnya karena seni maka bohong adalah wajar ).

Melihat heboh nya penampilan dari Seniman ISBIM besutan Achi Breyvi para beberapa seniman Bolaang Mongondow yang tergabung dalam ormas AMABOM dalam pelantikan Brigade Bogani di salah satu desa di kecamatan lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow menampilkan Karya Seni serupa yang di buat oleh ISBIM yakni Teatrikal Loloda Mokoagow yang niatnya Seni di balas Seni.

Seni Teatrikal ala AMABOM
Seni Teatrikal ala AMABOM

Dalam Karya Seni Besutan AMABOM ini di tampilkan bahwa Pingkan sangat mencintai bahkan tergila gila kepada Raja Bolaang Mongondow yang bernama Loloda Mokoagow, Namun Cinta tulus Pingkan kepada Raja Loloda Mokoagow, di tolak mentah mentah oleh sang Raja.

Dan sekali lagi anda tidak perlu repot repot membuka arsip atau dokumen sejarah terkait peristiwa ini karena pasti tidak di temukan, lha ini kan Hanya Karya Seni yang bertema sejarah Tapi Sejarah Bohong. Peristiwa ini tidak pernah terjadi.

Seni yang di tampilkan oleh Institut Seni Budaya Indenpenden Manado dalam pagelaran Teatrikal Pingkan Matindas ini sungguh sangat melukai perasaan Suku Bolaang Mongondow yang mayoritas hidup sebagai Petani dan nelayan tentu awam akan dunia seni, tapi itu tidak membuat saya surut untuk lebih belajar lagi agar paham melihat dunia seni.

Saya juga belum paham akan mazhab atau aliran dalam dunia Seni dan Sastra mungkinkah ada semacam aliran, mazhab atau isme dalam dunia Seni dan Sastra jika menampilkan Sejarah bohong pada peristiwa sejarah yang memiliki Fakta, yang Seni nya tidak mengandung RASIS, tidak 'berdarah darah' dan sadis di atas panggung, tidak menyusupkan perasaan permusuhan antara etnik dalam Seni nya, Saya berharap Para Seniman dan sastrawan semacam ini ada di dunia nyata. Semoga. Wallahu'alam.

sumber olahan :

  1.  Bachtiar Absal, 2018 https://kumparan.com/absal-bachtiar/
  2. Live Streaming kawanua TV , 30-31 oktober 2020 https://web.facebook.com/KAWANUATV.OFFICIAL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun