Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pusaran Nuklir Soekarno Dan Konstelasi Geopolitik Global

7 Desember 2022   15:28 Diperbarui: 8 Desember 2022   19:17 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Bangka.Tribunnews.com

Soekarno memberikan dukungan pada pemanfaatan sains tenaga atom untuk revolusi negara. Saat yang bersamaan, Brigjen TNI Hartono sebagai Direktur Pengadaan Senjata Angkatan Darat mengisyaratkan kemandirian meledakkan bom nuklir sendiri dan meminta angkatan militer Indonesia dipersenjatai dengan nuklir. AS dan Australia menilai Indonesia tidak bisa meledakkan bom nuklir sendiri karena reactor nuklir terlalu kecil.
Pengembangan nuklir di Indonesia terus dilakukan hingga kejadian nahas terjadi. Setelah peristiwa penembakan Presiden John F. Kennedy, pengembangan nuklir ini terombang ambing nasibnya. Bersamaan dengan itu, Perang Vietnam dan Inggris terjadi dalam upaya membentuk Federasi Malaya.

Kemudian Soekarno menjadikan negara China sebagai tempat rujukan untuk pengembangan nuklir. Soekarno lantas secara sembunyi-sembunyi mulai mengirim ahli-ahli nuklir dalam negeri untuk dikirim belajar ke China. Diam-diam, Soekarno mengirimkan beberapa ilmuwan ke China lewat poros Jakarta -- Peking untuk belajar tentang nuklir tanpa diketahui AS.

Apakah pengembangan Nuklir Soekarno ini berjalan lancar?

Retorika nuklir Soekarno ini memunculkan kubu oposisi yang meragukan pengembangan tenaga atom untuk revolusi nasional. Jurnalis Rosihan Anwar dalam Sukarno (2006, hlm. 358) menuliskan bahwa publik masih meragukan kemampuan Indonesia membuat bom atom sendiri seperti yang dibesar-besarkan oleh Soekarno.  

Ahli politik dan sejarah Asia asal Ceko, Victor Miroslav Fic, mencatat sebuah pertemuan antara Presiden Sukarno dengan Marsekal Chen Yi di Jakarta pada bulan November dan Desember 1964. Dalam pertemuan itu disebutkan Soekarno bersikeras agar Cina bersedia memasok bom atom yang akan diklaim sebagai uji coba pemerintah RI. Hingga akhirnya nuklir Soekarno kandas bersamaan dengan kejadian G30S/PKI.

Nuklir Masa Depan dan Nuclear Non- Proliferation Treaty

Indonesia masuk kedalam " Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN)". ASEAN juga termasuk dalam ZOPFAN ditandai dengan penandatanganan traktat Bangkok tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok.

Isi traktat tersebut adalah:

  • Tidak diperbolehkan dalam pengembangan, produksi, kepemilikan, penguasaan senjata nuklir, pangkalan nuklir serta uji coba didalam dan luar Asia Tenggara.
  • Tidak diperkenankan meminta bantuan untuk pengembangan nuklir pada negara manapun.
  • Tidak membantu/mendukung pembuatan nuklir di negara manapun serta pengambilalihan peralatan nuklir dari mana saja.
  • Tidak menyediakan sumber daya atau material khusus ataupun perlengkapan kepada negara persenjataan non-nuklir di mana pun juga (non-nuclear weapon state), ataupun negara persenjataan nuklir terkecuali negara tersebut telah memenuhi perjanjian keselamatan dari The International Atomic Energy Agency.
  • Mencegah terjadinya operasi nuklir dan upaya uji coba nuklir di wilayah ASEAN.
  • Pencegahan terhadap sampah radioaktif di Kawasan ASEAN oleh siapapun.

Selain itu, adanya Non-Proliferation Treaty ( NPT ) sebagai perjanjian internasional penting yang bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan teknologi senjata, untuk mempromosikan kerja sama dalam penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai dan untuk mencapai tujuan perlucutan senjata nuklir dan perlucutan senjata umum dan lengkap. Perjanjian ini menjadi komitmen perjanjian multilateral yang ditandatangani tahun 1968 untuk mencegah/pelucutan negara pemilik senjata nuklir. Pemberlakuan perjanjian ini dimulai pada tahun 1970. Hingga tahun 1995 NPT diperpanjang tanpa batas waktu. Saat ini negara yang tergabung dalam NPT sudah mencapai 191 negara.

Berdasarkan NPT dan Traktat Bangkok, nampaknya Indonesia belum memproyeksikan kepemilikan senjata nuklir. Hal ini dikarenakan pengelolaan limbah nuklir yang belum dapat diantisipasi dengan baik. Selain itu, apabila Indonesia memiliki senjata nuklir akan melanggar perjanjian NPT, Traktat Bangkok dan penyimpangan terhadap Gerakan Non Blok (GNB Bandung 1955).

Nuklir dan Konstelasi Geopolitik Dunia 

Tak berhenti sampai disitu, langkah lain yang dapat ditempuh tanpa melalui jalur nuklir adalah "Thorium". Thorium dikenal sebagai "nuklir hijau" karena ramah lingkungan dibanding uranium. Selain itu, limbah radio aktif yang dihasilkan oleh thorium lebih rendah dibanding uranium. Thorium tidak dapat menjadi reactor nuklir tradisional. Namun, dengan mengkombinasikan thorium dan neutron maka akan berubah menjadi uranium-233, bahan fisil pilihan untuk reaktor nuklir tingkat lanjut

Sumber Gambar : Chemistrylearner.com
Sumber Gambar : Chemistrylearner.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun