Misalnya menulis tentang jurnal ilmiah, tentu menggunakan Bahasa akademis, jangan terpaku mencari membuka---buka kamus ilmiah yang Anda sendiri juga tidak tahu maksud dari Bahasa ilmiah itu. Tuliskan saja sesuai Bahasa sendiri yang mudah dipahami agar gagasan mengalir, lalu edit dan terjemahkan dalam Bahasa ilmiah.
10. Belajar dari rumusan Bourdieu ada 4 modal yang harus dimiliki dalam meningkatkan kualiifikasi ranah sosial yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal kultural dan simbolis. Modal ekonomi biasanya berupa pendapatan, harta dan benda yang dapat diwariskan pada generasi penerus.Â
Modal sosial umumnya dalam bentuk jaringan sosial seperti seorang penulis yang memiliki jaringan penulis seperti komunitas menulis dll. Modal kultural yaitu keseluruhan intelektualitas yang dimiliki baik dari lingkungan formal dan informal. Modal simbolis sederhananya seperti status, otoritas dan prestise yang dimiliki seseorang.
11. Empat modal ini akan diakumulasikan dan bisa berkurang atau bertambah dalam menggapai ranah. Ranah ibarat arena pertarungan cenderung dinamis dan didalamnya terdapat upaya dan strategi untuk menggapai. Dalam hal ini Bourdieu memberikan rumusan hubungan kebiasaan dengan ranah dan modal.
(Habitus x Modal) + Ranah = Praktek
Besarnya modal dan kebiasaan akan mempengaruhi ranah dalam praktek sosial. Bentuk interaksi yang terjadi pada RANAH diatur dan dikuasai oleh habitus dan modal seperti pola pikir, pandangan, hubungan dan kondisi sosial yang terjadi. Sama seperti menulis, semakin besar modal dan kebiasaan yang dilakukan oleh penulis maka semakin besar pula kekuatan yang akan mempermudah munculnya praktek penulisan dan karya---karya terbaik.
Typomania (Writer Obsession)
Seorang penulis juga memiliki kondisi emosional yang menggebu-gebu untuk menerbitkan karyanya dan menjadi yang terupdate. Terkadang obsesi untuk buru-buru terbit malah menimbulkan masalah baru dalam bentuk typo atau kesalahan ketik. Jika sedikit tulisan yang typo, pembaca akan memaklumi, tapi kalau banyak tentu akan membuat tidak nyaman mata.
Beberapa alasan mengapa sering terjadi typo adalah kinerja otak secara generalization saat menyampaikan ide sehingga fokus perhatian pada ide bukan pada apa yang sedang dituliskan sehingga tidak sadar jika apa yang dituliskan kurang huruf, salah huruf dsb.Â
Alasan kedua adalah kegiatan membaca dan menulis adalah dua hal yang berbeda meski saling berhubungan. Membaca akan lebih banyak menyerap informasi sensorik dibanding saat menulis.Â
Ketiga, adanya gangguan pihak eksternal sehingga fokus harus terbagi kemana-mana. Keempat, saat dibaca kembali ide yang telah jadi dalam bentuk tulisan ternyata memori ingatan lupa apa saja yang tertulis. Kelima, teknologi yang sedang gangguan, kesalahan perangkat, penggunaan autospell.
Beberapa peneliti Julie Boland, profesor linguistik dan psikologi di University of Michigan, Amerika Serikat mengkorelasikan typomania dengan kepribadian penulis. Dimana kepribadian ekstrovert dan suka bicara akan mengabaikan kesalahan menulis/typo.Â