Malam, aku ingin bercerita. Tadi saat rembulan muncul sepenggal, ia bertanya apa kosmikmu?
Aku jawab jika kosmikku disusun dari bintang berekor. Komet bertaut mesra dengan krital es yang membara.
Terlihat membara tapi tak membakar. Justru gesekannya yang dingin hingga nyali terdiam tak berani tertawa berkelakar.
Rembulan bertanya lagi, mengapa kosmikmu tak sempat diam? Bagaimana diamnya membela rasa yang pergi namun tak rela?
Aku jawab, jika ingin kupendam reruntuhan bangunan kota ini, hilang sudah garis edar planetmu. Bebatuan akan lebur dalam lembut debu dan tubuh bintang yang menjadi abu. Sewajarnya memang kosmikku bergerak mengikuti siklus. Tertegun menyaksikan wajah aslinya telah menyala.
Rembulan tersenyum manis. Maaf ya sudah menunggu lama. Sudah menunggu dari kapan disini?
Aku kebingungan, memang dari sejak bercerita tadi siapa yang pergi dan siapa yang tak kembali? Memang dengan siapa sedari tadi aku begini?
Bogor Barat, 9 Mei 2022
Salam,
Sri Patmi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H