Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kosmik Bintang Berekor

9 Mei 2022   23:08 Diperbarui: 9 Mei 2022   23:10 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : liputan6.com 

Malam, aku ingin bercerita. Tadi saat rembulan muncul sepenggal, ia bertanya apa kosmikmu?

Aku jawab jika kosmikku disusun dari bintang berekor. Komet bertaut mesra dengan krital es yang membara.

Terlihat membara tapi tak membakar. Justru gesekannya yang dingin hingga nyali terdiam tak berani tertawa berkelakar.

Rembulan bertanya lagi, mengapa kosmikmu tak sempat diam? Bagaimana diamnya membela rasa yang pergi namun tak rela?

Aku jawab, jika ingin kupendam reruntuhan bangunan kota ini, hilang sudah garis edar planetmu. Bebatuan akan lebur dalam lembut debu dan tubuh bintang yang menjadi abu. Sewajarnya memang kosmikku bergerak mengikuti siklus. Tertegun menyaksikan wajah aslinya telah menyala.

Rembulan tersenyum manis. Maaf ya sudah menunggu lama. Sudah menunggu dari kapan disini?

Aku kebingungan, memang dari sejak bercerita tadi siapa yang pergi dan siapa yang tak kembali? Memang dengan siapa sedari tadi aku begini?

Bogor Barat, 9 Mei 2022
Salam,

Sri Patmi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun