Ilham mungkin tak pernah membayangkan akan merasakan perjalanan one day trip saat arus mudik dan balik. Pengalaman ini ia rasakan saat euphoria mudik lebaran tahun 2022 ini diperbolehkan oleh pemerintah. Bagai angin segar dan oase yang menyejukkan ditengah dampak dari pandemic COVID-19, apalagi mengingat 2 tahun belakangan ini momen mudik tidak diperbolehkan.
Lebaran momentum berharga menjalin silaturahmi dalam bentuk kerukunan, menegakkan ukhuwah terhadap sesamanya dan kembali pada fitrah melalui ego resiliency. Fenomena Mudik dapat dipandang sebagai penegasan rutin keanggotaan warga kota besar pada komunal daerah asal di desa atau kota-kota yang lebih kecil. Selain memenuhi aspek sosio kultural, mudik bertalian erat dengan jaringan ekonomi daerah dan reproduksi ekonomi warga kota besar.
Begitu pula dampak sosial ekonomi dan resiliency yang dirasakan oleh sopir tembak bernama Ilham usia 28 tahun yang berasal asli dari Tangerang. Sejak muda memang ia senang menjadi backpacker dan selalu mencari pengalaman baru dari setiap perjalanan. Momen mudik ini ia mendapat kesempatan untuk mengantar kerabat ke Purworejo.
Dengan alasan menghindari kemacetan, perjalanan dilakukan H-2. Meski ia tahu puncak arus mudik terjadi pada tanggal 29 April 2022, melalui pantauan CCTV Online dari PUPR yang dapat diakses melalui website https://binamarga.pu.go.id/index.php/contents/cctv , arus lalu lintas terlihat lancar apalagi dengan adanya aturan one way. Jadwal untuk penerapan ini one way ganjil genap mulai pukul 07.00-24.00 WIB dari KM 47 Tol Jakarta-Cikampek hingga KM 414 Tol Kalikangkung, Semarang dari tanggal 28 April sampai dengan 1 Mei 2022.
Kendaraan pribadi melaju pada ruas jalan tol Cikampek. Setibanya di Rest Area KM.19, dengan pantauan di lapangan secara langsung estimasi sampai di Purworejo pukul 04:00 dini hari. Hingga keluar tol Kalingkung, Semarang lebih cepat dari prediksi pukul 02:00 dini hari. Benar saja, pagi hari tiba dengan selamat dan mendaratkan ban karet pada aspal Purworejo. "Selamat Datang di Kampung Halaman".
Mengejar pulang ke Jakarta dengan harapan lebih cepat dan tidak terjebak macet, bergegas IIham turun dari kendaraan pribadi ke Agen Bus terdekat. Setelah berpamitan tanpa singgah terlebih dahulu, ia membeli tiket PO. Murni Jaya tujuan Kalideres, Tangerang dengan harga tiket Rp.150.000,-. Dalam waktu 15 menit, bus patas AC berangkat meninggalkan Purworejo. Dengan memperhatikan arus mudik yang sangat lancar, IIham yang baru pertama kali merasakan mudik lebaran memprediksi arus balik akan lancar. Apalagi semua orang berbondong ke desa dibanding hilir ke kota. Berangkat pagi, estimasi tiba di Jakarta sore hari.
Ternyata harapan itu pupus di Bumiayu. Mulai dari Kebumen, bus sudah berjalan melambat dan antrian kendaraan mulai padat. Adanya skema oneway mengharuskan kendaraan umum dan pribadi dengan keperluan lain menumpuk pada jalur ini. Daerah Prupuk, Bumiayu padat merayap parah abis (pamerpaha). Sebuah hal yang lazim terjadi dan konsekuensi sebuah perjalanan.
Beberapa faktor penyebab terjadinya antrian panjang mulai dari Prupuk hingga ke Tegal adalah peningkatan volume kendaraan akibat oneway pada ruas jalan tol, adanya pasar tumpah, kendaraan yang tidak tertib membuka 2 lajur, dekat dengan tempat umum seperti stasiun dan area keramaian lainnya.