"Jika kita ke Mekkah lewat jalur ini. Seharusnya berada disini" Jawab Zubaidah.
"Baiklah, setelah dari sana sebaiknya kita pulang!" Ujar Abdul yang menyadari bahwa perjalanan mereka justru menjauhi jalan pulang.
"Periksa setiap gundukan pasir dan jejak langkah yang tertinggal. Pasti masih ada!" Ujar Zubaidah.
Abdul menggelengkan kepala. Rasanya sudah mulai menyerah menempuh perjalanan dan keinginannya. Matahari masih terik, tak ada sedikitpun toleransi terhadap keyakinan dan kepedihan yang ia rasakan.
Abdul membuat jam matahari untuk memastikan waktu sholat. Meski ia sudah tahu matahari tepat diatas kepalanya. Maka sudah masuk waktu sholat Zuhur.
Mereka berlindung dibalik batu besar untuk berteduh. Dengan penuh hikmat, tayamum dan solat Zuhur berjamaah dilaksanakan.
"Allahu Akbar" gema suara Abdul nyaring ditengah angin yang berdesir
"Assalamu Alaikum warahmatullah. Assalamu Alaikum warahmatullah" pertanda sholat selesai dilakukan.
Masih terdengar sayup doanya mengalun ditengah hamparan pasir. Tangisnya meledak sesaat setelah melihat jari telunjuk dibawah tertimbun pasir.
"Innalillahi wa innalillahi rojiun" Zubaidah mencoba tenang.
Segera ia menggali pasir dengan tangannya. Butiran pasir menempel di pipi yang merah merona. Abdul, Rozak dan Nawawi membantu menggali.