Dulu waktu saya kecil sedang belajar puasa sempat berpikir, enggak makan dan enggak minum, bagaimana kalau nanti haus, lapar dan lemas? Ahh... jalanin saja dulu. Tahun 1997 awal saya puasa, ternyata hawanya panas dan terik. Ditambah lagi kompor-kompor dagangan ibu di rumah terus menyala untuk mempersiapkan menu-menu untuk dijual saat buka puasa nanti. Satu jam pertama setelah sahur, masih segar dan belum terasa apa-apa.
Feel happy dan masih segar. Menjelang jam 11 siang keatas, kerongkongan rasanya kering banget. Aduuh... Mau bilang ke ibu tapi malu. Untungnya perut yang lapar masih bisa diajak kompromi. Alhamdulillah sudah adzan zuhur, seteguk demi seteguk es teh manis segar bercampur aroma melati.
Ayo! Buru-buru selesaikan! Setelah itu puasa lagi. Girang dong ya? Sudah buka bedug. Cacing-cacing di perut sudah bergoyang. Eh.. ternyata jam 3 sore sudah kering lagi tenggorokan. Padahal tadi pas adzan bedug udah minum banyak lho hampir 3 gelas? Awalnya saya kira hanya rasa-rasa anak kecil yang baru belajar puasa. Satu waktu, mendengar celoteh orang dewasa yang enggak kuat nahan haus. Kenapa ya kok puasa haus banget hawanya?
Usut punya usut ternyata hal ini lumrah, wajar, manusiawi dan naluriah. Cara kerja otak mengatur hawa nafsu begini. Nafsu makan dikontrol oleh otak dan hormon yang bekerja sama untuk memberikan respon ketika nafsu makan meningkat atau menurun. Sinyal kelaparan akan muncul ketika gula darah di dalam tubuh menurun akibat telah dipakai menjadi energi -- yaitu energi untuk melakukan berbagai aktivitas.
Saat sinyal diterima dengan baik oleh otak, maka tidak lama kemudian nafsu dan keinginan untuk makan suatu makanan akan muncul. Tidak hanya otak saja yang mengontrol nafsu makan, tetapi berbagai hormon juga berperan dalam hal ini, seperti insulin, glukagon, ghrelin, dan leptin. Bagian otak yang mengatur hawa nafsu adalah Hipotalamus.
Sampai disini masih belum menjawab rasa penasaran saya terhadap rasa haus. Ketika makan, sari-sari makanan yang sudah dikunyah itu diolah menjadi energi, lemak dan cadangan makanan lain didalam tubuh. Makanya, rasa lapar itu masih bisa diajak kompromi dibandingkan dengan rasa haus.
Dilansir dari British Medical Journal, tubuh mampu bertahan selama 8-21 hari tanpa makanan, dengan syarat asupan air tercukupi. Sedangkan manusia dapat bertahan tanpa asupan minum hanya 8 hari.
Tubuh manusia dapat bertahan dari rasa lapar karena dalam jangka pendek, tubuh akan menyesuaikan dan mengubah cara kerjanya. Dalam durasi tanpa makan yang singkat saat puasa, tidak akan menyebabkan kerusakan organ secara permanen.
Apabila dalam waktu 12 jam glukosa dalam tubuh sudah habis, cara kerjanya menjadi :
- Hati dan otot melepaskan glikogen menjadi glukosa
- Jika glikogen habis, asam amino menyediakan energii selama 3 hari.
- Cadangan lemak berupa keton untuk energi (ketosis).
- Saat lemak sudah kehilangan cadangan energi, disinilah gejala fatal terjadi. Situasi tersulit terjadi apabila seseorang sudah kehilangan 18% dari berat badannya.
Berbeda dengan fungsi air didalam tubuh yang sangat vital. Sebagaimana yang kita ketahui, Tubuh manusia terdiri dari 70% cairan. Otak dan jantung terdiri dari cairan sebanyak 73 persen, ginjal 85 persen, dan paru-paru sebanyak 80 persen, tulang 31%. Proses alamiah yang terjadi didalam tubuh membutuhkan cairan yang cukup agar dapat berfungsi secara baik.Â
Otak bisa memproduksi hormon dan memberikan stimulus perintah pada tubuh. National Center for Biotechnology Information (NCBI), mengungkap bahwa tubuh yang dehidrasi akan mengambil cairan didalam darah sehingga darah akan mengental.
Tubuh sangat membutuhkan cairan yang berfungsi menggerakkan organ vital. Beberapa tips untuk mengatasi panas dari dalam dan dari luar tubuh saat puasa adalah :
- Lakukan treatment sederhana dengan merendam kaki dengan air yang sejuk. Ingat ya, air yang sejuk. Kalo tidak ada air sejuk, masukkan beberapa potong batu es pada air biasa. Rendam kaki 5 menit. Hal ini bertujuan untuk menetralkan panas tubuh yang berlebihan. Jangan gunakan air dingin, karena penggunaan air dingin dapat menyebabkan tubuh harus menguras energi menghangatkan kaki setelah kedinginan.
- Ambil es batu, letakkan pada handuk. Setelah itu tempelkan pada pergelangan  nadi, dan urat leher selama 2 menit.
- Berwudhu dan beribadah. Karena air wudhu dapat menyucikan serta menyegarkan.
- Melatih diri agar terbiasa. Cara-cara diatas bersifat sementara, kunci utamanya tetap konsisten dengan penuh keyakinan menjalankan ibadah puasa.
Jangan lupa minum air dan jalani puasa dengan penuh keyakinan. Semangattt... lebaran 26 harii lagii.. THR sebentar lagi ehehehe..
Bogor Barat, 5 April 2022
Salam,
Sri Patmi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H