Helikopter Kepresidenan
Helikopter kepresidenan pertama kali digagas oleh Indonesia pada zaman kepemimpinan Ir. Soekarno. Sebagai payung hukum terhadap alutsista yang ada, KASAU mendeklarasikan Surat Keputusan Nomor 31 tahun 1956 dalam upaya adanya pasukan khusus atau skadron uji coba helikopter. Disambut dengan Surat Keputusan Nomor 93 tanggal 20 Juni 1957 sebagai transisi dari  Skadron Percobaan Helikopter menjadi Skadron Helikopter yang disebut Komando Group Komposisi (KGK). Â
Dengan penempatan di di PAU Husein Sastranegara dan komadannya adalah Letnan Udara IR. Soemarsono. Tahun 1958, Penguatan Angkatan bersenjata Indonesia khususnya AURI menjadi prioritas utama dan melandasi pembelian SM-1 sebanyak 8 unit. Tujuan utama kedatangan helikopter ini guna mendukung Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Instruktuur penerbangan yang melatih pilot TNI AU yakni Soewoto Soekendar dan Ashadi Tjahjadi adalah Mr. Richard Widskorsky.
Skadron 6 dipindahkan ke PU Semplak (Atang Sendjaya) Bogor tahun 1963 karena kondisi geopolitik yang kurang stabil di tanah air. Terjadi peningkatan armada helikopter, sehingga tanggal 25 Mei 1965, Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani mersemikan berdirinya Wing Operasi 004 Helikopter yang membawahi Skadron Udara 6 Angkut Sedang, Skadron Udara 7 Angkut Khusus, Skadron Udara 8 Angkut Berat, dan Skadron Teknik 6.
Ada delapan unit SM-1 beserta helikopter Mi-4, semua jenis Bell Trooper, Ranger, dan Iroquios dibawah naungan skadron 7. Dimana tugas dari armada ini hanya untuk heli angkut  khusus kegiatan kepresidenan dan heli latih yang bermarkas di Lanud Atang Sendjaja. Oleh karena itu, SM 1 kurang berkontribusi dalam operasi militer.
Peran SM 1 di AURI :
Tahun 1964 SAR di Batujajar latihan RPKAD dalam Latihan terjun payung.
Tahun 1965 Operasi Hemat saat evakuasi jatuhnya pesawat Hercules di Long Bawang Kalimantan Timur.
Tahun 1965 Operasi kemanusiaan saat evakuasi kapal Corval berbendera Norwegia yang kandas di pantai selatan Ujung Kulon.Â
Tahun 2017, SM 1 yang menjadi monument di Lanud Atang Sendjaja direlokasi ke Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta.