Filosofi dan keyakinan mereka adalah Suku Karen berasal dari naga, jadi sudah selayaknya memiliki leher yang Panjang. Keahlian mereka ada membuat kain tenun yang sangat indah.
3. Suku Dayak
Seorang perempuan dibilang cantik dan kebangsawanan jika sudah memiliki telinga Panjang atau telingaan aruu. Semakin Panjang daun telinganya, semakin terlihat cantik seorang perempuan. Namun, tidak semua suku Dayak menggunakan tradisi ini.Â
Hanya beberapa suku Dayak pedalaman yang melestarikan tradisi ini yaitu Dayak Kenyan, Dayak sabit, Dayak Punan. Tradisi ini diawali dengan upacara mucuk penik/ tindik saat masih bayi. Luka tindik itu diikat dengan benang.Â
Jika sudah sembuh lukanya, benang akan diganti dengan pintalan kayu gabus yang semakin hari semakin besar. Uniknya, pintalan kayu gabus ini akan selalu mengembang jika terkena air.
Setelah lubang daun telinga membesar, mereka akan memasangi belaong/anting-anting dari tembaga yang berat. Secara berkala, belaong akan ditambahkan sesuai dengan status sosial dan usia perempuan. Jenis anting-anting itu adalah Hisaang Semha dan Hisang Kavaat.Â
Hisang Semha dipasang pada sekeliling daun telinga, sedangkan hisang kavaat dipasangkan pada daun telinganya. Berbagai perspektif dalam tradisi telingaan aruu ini memiliki makna berbeda.Â
Dayak Iban tidak memasangkan pemberat, bagi mereka lubang telinga yang besar untuk melatih kesabaran dalam hidup. Batasan memanjangkan daun telinga bagi perempuan hanya sebatas dada dan pria sebatas bahu.
4. Suku Mursi
Suku Mursi tinggal di Ethopia. Tradisi kecantikan mereka adalah memakai piringan tanah liat dan diiletakkan di bibir atau sering disebut piring bibir/ Dhebi. Konon katanya, tradisi Dhebi ini dipergunakan oleh sang pria untuk melindungi perempuan.Â
Apalagi zaman dulu, perempuan di Afrika diperjualbelikan menjadi budak. Untuk memasukkan piringan tanah liat ini, biasanya sang ibu menggunting bibir bawah anak mereka dan menanggalkan 2 gigi bawah bagian depan agar hasilnya maksimal.Â