Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mitos Kutukan Kediri dan Lengsernya Presiden RI Dalam Perspektif Psikologi

15 Maret 2022   10:06 Diperbarui: 17 Maret 2022   11:58 2609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapapun kepala negara yang tidak suci, masuk ke wilayah Kediri maka dia akan jatuh.

Siapapun presiden yang mendatangi Kota Kediri, maka kekuasaannya akan dilengserkan. Itulah bunyi kutukan yang santer di Kota Kediri. Konon katanya, kutukan ini masih berlaku sampai dengan saat ini. Beberapa presiden yang mendatangi Kota Kediri diantaranya adalah presiden Soekarno, B.J Habibie dan Gusdur. Entah kebetulan ataukah benar kutukan ini berlaku, mereka lengser dengan berbagai isu yang mendera pada masa pemerintahannya.

Ada Apa Dengan Kediri?

Kutukan Kediri berasal dari zaman Kerajaan Kediri dan diucapkan oleh Kartikea Singha yang merupakan suami Ratu Sima dari Kerajaan Kalingga, Keling, Kepung, Kediri abad 6 Masehi. Sekilas tentang Kerajaan Kalingga ada 2 yaitu di Jepara dengan nama Kalingga Utara dan Kalingga Selatan di Kediri. Mengapa ada 2 kerajaan? Ratu Sima berasal dari Kalingga Utara dan Raja Kartikea Singha berasal dari Kalingga Selatan. Dalam babad Kediri, dijelaskan bahwa jika pasukan Kediri menyerang terlebih dahulu terhadap musuh, Kediri akan selalu memenangkan pertempuran. Dan sebaliknya, jika musuh menyerang Kediri terlebih dahulu, maka musuh yang akan selalu menang. 

Kutukan itu bukan hanya berlaku pada presiden melainkan pada pejabat Kediri yang membawa harta dari Kediri dengan cara tidak benar, maka dia akan jatuh miskin dengan caranya sendiri. Paranormal Kota Kediri menuturkan jika kota ini adalah kota yang wingit. Beberapa forklore yang beredar disana bahwa adanya pusat kerajaan gaib di Simpang Lima, Gumul. Perbatasan Kerajaan Kediri adalah Sungai Brantas, mitosnya presiden yang menyeberangi atau datang ke Kota Kediri akan lengser dengan sendirinya. Informasi yang dihimpun dari beberapa intelijen, presiden sedikit was-was jika harus mengunjungi Kota Kediri.

Gusdur pernah mengunjungi Pondok Pesantren Lirboyo. Begitupun BJ Habibie dan Soekarno yang lengser setelah ke Kediri. Namun, cerita berbeda presiden SBY yang datang ke Kediri dan apa yang terjadi? SBY tidak lengser dari jabatannya malah 2 periode jabatan. Saat terjadi erupsi Gunung Kelud tahun 2007, mantan presiden SBY dari Surabaya ke Kediri untuk menemui para korban bencana alam. Lokasi tempat pengungsian berada di Wates. Saat itu, SBY tidak langsung ke Wates dengan menyeberangi Sungai Brantas, ia memutar agar tidak menyebrang sungai itu. Sebelumnya, SBY sudah dihimbau untuk tidak ke Kediri oleh kerabat. Akhirnya, ia memberanikan diri ke Kediri dengan tidak menyeberangi Sungai Brantas dan hanya berkunjung dipinggiran Kediri saja.

Cerita hampir sama juga terjadi di Kabupaten Bojonegoro. Konon katanya presiden yang ke tempat berkembangnya babad Angling Dharma ini akan lengser. Jika di Bojonegoro, siapapun pemimpin yang menyeberang Bengawan Solo terlebih dahulu, maka ia akan kalah dalam berperang. Hal itu terjadi pada Aryo Jipang yang menyeberang Sungai Bengawan Solo untuk melawan Joko Tingkir. Akhirnya Aryo Jipang kalah.

Dalil negasi untuk mematahkan mitos itu, pengasuh Pondok Pesantren Putra Putri Lirboyo, Kafabihi Ma'rus meminta Jokowi untuk melakukan kunjungan kerja ke Kediri. Pemimpin Ponpes itu merasa dengan adanya mitos tersebut, seakan Kediri termarjinalkan. "Hal tersebut jika diteruskan akan menuju hal yang tidak baik. Kita percaya sama Allah" Tutur Kafa 20 Februari 2017 di Ponpes Lirboyo.

Mitos Dalam Kajian Psikologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Mitos atau mitologi Jawa terdiri dari 4 bagian yaitu gugon tuhon (larangan) dan bayangan asosiatif (pertanda dalam mimpi), dongeng, sirikan (hal yang harus dihindari). Kutukan Kediri merupakan jenis mitos gugon tuhon. Cerita turun temurun dari leluhur suami Ratu Sima. Keberagaman budaya ini patut dihargai keberadaannya disana.

Literasi Mengungkap Mitos dan Mensugesti Kebenaran

Mitos dan kebenaran menjadi 2 hal yang mengindikasikan dan mengidentifikasikan proses perjalanan berpikir manusia. Dalam proses perjalanan mitos menuju pada kebenaran, dikenal dengan istilah "Kearifan" atau "Wisdom". Jadi urutannya MITOS -- KEARIFAN -- KEBENARAN. Problem yang sering terjadi adalah bagaimana menghubungkan kebenaran dengan mitos? Kuncinya adalah literasi dan penafsiran seseorang dalam mencerna dan memaknai informasi. 

Proses perkembangan informasi yang kemudian mengubah opini (berpikir) dari mitos menjadi kebenaran atau yang semula dianggap benar ternyata mitos, tidak lepas dari peran literasi. Rolland Barthes mengungkapkan bahwa mitos adalah system wicara dan mitos merupakan system tanda, system komunikasi dan sebuah pesan. Pada pengertian pertama tampaknya itu adalah yang dikenal secara umum, sedang pengertian kedua lebih pada makna mitos itu. Dikatakan modern, karena lebih dapat mewadahi pada fenomena kehidupan manusia terutama masyarakat modern. Misalnya bagaimana seseorang tersugesti (mempercayai) sesuatu dengan anggapan benar-benar ada, terjadi, atau berkhasiat tentang sesuatu tanpa ada sarana pembantu pembuktian.

Kehidupan budaya masyarakat diawali dengan mitos tradisional berkembang menuju modern. Artinya mitos itu berdampingan dengan masyarakat dan Langkah awal memperoleh pengetahuan baru. Misalnya: saat masih kecil, orang tua menjelaskan gerhana bulan itu bulan dimakan buto ijo. Maka muncul cara baru untuk mengulik dan menelaah fenomena apa yang sebenarnya terjadi terhadap bulan.

Bagaimana Sikap Bijak Kita Terhadap  Mitos?

Sebagaimana manusia yang berbudi luhur dan dibesarkan melalui runutan sejarah yang Panjang, ada baiknya kita menghargai mitos sebagai bagian dari kehidupan. Bukan untuk menyalahkan atau memarjinalkan orang-orang yang percaya terhadap mitos dengan benturan dogma agama. Saling menghargai dan hidup bersinergi adalah kuncinya. Jangan menjadikan benturan kecil menjadi sesuatu yang besar. Bagi yang mempercayai keyakinan agama menghargai adanya mitos, begitupun sebaliknya. Akar permasalahan terjadinya perpecahan mengatasnamakan agama adalah persepsi merasa paling benar. Berangkat dari mitos, sugesti kebenaran dan Analisa psikologi, dari adanya mitos manusia akan mencari kebenaran, dari kebenaran akan tumbuh pengetahuan baru. Mengapa tidak menjadikan mitos itu sebagai sarana menggali pengetahuan baru? Sampai sekarang, belum diketahui tentang mitos kutukan Kota Kediri dan belum ada literasi kebenaran lebih mendalam.

Bogor Barat, 14 Maret 2022

Salam,

Sri Patmi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun