Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Catatan Kelam Transportasi Korea Selatan Dalam Tragedi Sewol

11 Maret 2022   03:52 Diperbarui: 1 April 2022   06:01 1925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Gaekon.com

Tragedi Kapal Sewol ini mirip sekali dengan tragedi Titanic. Bedanya Titanic lebih manusiawi dibandingkan Tragedi Kapal Sewol ini. Bukan hanya kepedihan tetapi menguras emosi. Malahan ada yang mengatakan bahwa tragedi ini sengaja dibuat untuk melengserkan geng mafia Korea Selatan. Apa yang membuat kru kapal dianggap tak manusiawi?


KRONOLOGI KEJADIAN

Tanggal 16 April 2014 merupakan catatan sejarah mengenai buruknya transportasi di Korsel. Kapal Sewol tenggelam saat berlayar dari Injon menuju Jeju. Kapal yang memuat 376 orang dimana sebagian besar adalah siswa SMA Damwon yaitu 324 orang. Mereka adalah siswa kelas 2 dan akan melakukan karya wisata. Kapal Fery buatan Jepang tahun 1994 ini menyisakan sejarah kelam dan luka yang mendalam bagi keluarga korban.

Kemudian kapal itu dibeli oleh Chonghaejin Marine Tahun 2012. Kapal ini bertambah berat menjadi 239 ton karena dilakukan modifikasi kabin penumpang pada deck 3,4 dan 5. Total berat keseluruhan kapal adalah 6.825 ton. Tanggal 15 Maret 2013, kapal ini mendapatkan sertifikat kelaikan berlayar.

Kapal Sewol ini memiliki jadwal berlayar pulang pergi sebanyak 3x dengan jarak 425 km dari Injon ke Jeju dengan waktu tempuh 13,5 jam. H-1 tepatnya 15 April 2014, Kapal Sewol dijadwalkan berlayar pukul 18.30. Sayangnya saat itu ada kabut tebal dengan jarak pandang 1 km. Akhirnya pukul 20:30, kondisi sudah aman dan kondusif.

Pukul 21:00, Kapal Sewol berangkat dengan jumlah penumpang 476 orang. Lee Joun Seok (69 tahun) membawa kapal ini berlayar sebagai pengganti nahkoda utama. Lee sudah memiliki pengalaman 40 tahun mengarungi lautan menyeberangi Injon-Jeju. Sebagai nahkoda yang berpengalaman, ia dikontrak dengan salary US$ 2.500 atau 37 juta rupiah per tahun.  Bayangkan saja, 1 bulan hanya 3 juta rupiah dengan beban tanggung jawab di lautan.

Memasuki selat Maenggol, arus air semakin deras dan kuat. Saat kapal masuk ke selat ini, orang yang menahkodai malah perwira muda yang belum berpengalaman. Lah kok gitu? Alasannya, nahkoda Lee kembali ke kamarnya sebentar.


Perwira Muda Jadi Nahkoda Kapal

Pukul 08:50 pagi, si perwira muda melihat ada kapal yang melaju kencang kearah Kapal Sewol. Sang perwira membelokkan kapal terlalu tajam dan kehilangan kendali. Beberapa barang cargo bergeser miring ke satu sisi. Akhirnya kapal itu miring dan tidak bisa kembali ke posisi semula.

Penumpang yang menyadari kapal miring malah disuruh masuk ke ruangan kabin masing-masing. Diketahui pukul 08:52, ada siswa yang menghubungi 119, pemadam kebakaran dan dihubungkan langsung ke petugas penjaga pantai. Inilah laporan pertama yang diterima petugas penjaga pantai bukan dari kru kapal. Pukul 09:06, pengatur lalu lintas pelayaran menghubungi pusat Kapal Sewol dan operasi penyelamatan dilakukan besar-besaran. Pukul 09:20, kabar tentang tenggelamnya Kapal Sewol tersiar di TV.

Parahnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun