Negara ini identik dengan simbol naga. Letaknya berbatasan langsung dengan India dan Republik Rakyat Tiongkok. Menurut catatan sejarah, negara ini berdiri dari tokoh suci Buddha Padmasambhava atau Guru Rinpoche (abad ke-8). Sejarahnya makin tidak jelas lantaran sebagian catatan sejarah musnah di Punakha, ibukota kuno Bhutan (1827), karena kebakaran. Meski demikian, Bhutan secara resmi berdiri sebagai pemerintahan setelah dipersatukan oleh Tibet sekaligus pemimpin Shabdrung Ngawang Namgyal abad ke-17.
Setelah kematian sang pendiri Bhutan, pada tahun 1751-1759 Bhutan mengalami kekacauan dan perang saudara. Tanda berakhirnya perang saudara diangkatlah pemimpin Ugyen Wangchuk dari dinasti Wangchuk abad 18 sebagai raja pertama Bhutan. Pada tahun 1910, Bhutan menandatangani perjanjian Punakha dengan Britania Raya dan Inggris berhak mencampuri urusan luar negeri Bhutan. Bhutan disebut sebagai Negara Naga Guntur dengan sistem pemerintahan monarki kecil di Asia Selatan.
Nama lokal negara ini adalah Druk Yul atau Negara Naga. Maka tak heran jika simbol naga berada di benderanya. Sistem pemerintahan yang dijalankan adalah monarki semi konstitusional. Setelah sebelumnya menjalankan sistem monarki absolut hingga tahun 2008. Pada tahun 1999, Raja Jigme  Singye Wangchuk, raja keempat, menciptakan badan Lhengye Zhungsheng atau Dewan Menteri dengan hak kekuasaan eksekutif yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Saat ini, Bhutan dipimpin oleh raja kelima, Jigme Khesar Namgyel dari Dinasti Wangchuk, sebagai pemimpin termuda didunia. Sedangkan perdana menteri dijabat oleh Lotay Tshering.
Penduduk Bhutan terdiri dari orang Ngalop (Bote) yaitu etnis keturunan Tibet yang bermigrasi ke Bhutan pada awal abad ke-9. Mayoritas orang Ngalop tinggal di Bhutan Barat dan Bhutan Utara. Etnis Sharcorp atau orang Timur merupakan keturunan campuran etnis Tibet, Asia Selatan dan Asia Tenggara yang mayoritas tinggal di Bhutan Timur. Sebanyak 63% penduduk Bhutan adalah etnis Ngalop dan Sharcop. Sedangkan Etnis Lhotshampa atau orang Nepal membentuk 22% dari populasi Bhutan. Dan 15% penduduknya pendatang, suku asli Bhutan Brokpa, Lepcha, dan Doya.
Agama resmi negara Bhutan adalah Agama Buddha Vajrayana. Meski demikian, raja tetap memberikan kebebasan pada warga negaranya untuk memeluk agamanya masing-masing. Penduduk Bhutan 74.7% Buddha, 22.6% Hindu, 0.5% Kristen, 0.2% Islam dan Agama lainnya.
Bahasa resmi Bhutan adalah Dzongkha yang hanya dipergunakan 25% oleh penduduk Bhutan. Bahasa lainnya adalah Sharshopkha (Tshangla) dan Lhotshamka (Nepali) dan bahasa daerah lainnya.
***
Negara Bhutan adalah negara yang paling unik memaknai kebahagiaan. Tujuan dari pemerintahannya adalah memastikan semua rakyatnya mencapai kebahagiaan hidup. Bahkan tertulis dalam pasal 9 konstitusi negara Bhutan. Pertanyaan dalam sensus penduduknya pun sangat unik "Apakah Anda bahagia?". Pada sensus 2015, diketahui bahwa 35% warga negara Bhutan Sangat Bahagia, 47,9% cukup bahagia dan 8,8% tidak bahagia.
Bahkan tolak ukur kemajuan negara Bhutan tidak diukur dengan konsep Produk Domestik Bruto (PDB), melainkan dari konsep yang relevan dengan negara yaitu Kebahagiaan Nasional Bruto (KNB). Hal tersebut menjadikan kebahagiaan adalah prioritas utama dalam kebijakan nasional. Oleh karena itu, Menteri Kebahagiaan bertugas untuk memastikan tujuan nasional tercapai yaitu bahagia. Inilah alasan mengapa Bhutan luput dari masalah global seperti kelaparan, kemiskinan, dan kejahatan.
Dengan tujuan nasional meraih kebahagiaan, maka ditempat ini menjamin semua warga negaranya harus bahagia. Maka tak heran jika di Bhutan tidak ada gelandangan/tunawisma. Jika ada yang tidak memiliki rumah, mereka hanya perlu menemui Raja dan diberikan sebidang tanah, rumah dan lahan pertanian. Tidak rumit seperti negara yang berkembang atau negara berstatus baru maju.
Dengan total warga negara 754.394 jiwa, Pemerintah harus menjamin layanan kesehatan dalam skema pembangunan nasional dan modernisasi. Salah satu unsur penting pembangunan adalah manusia. Oleh karena itu, kesehatan manusia sangat diawasi dan dikawal ketat oleh Departemen Kesehatan. Selain itu, untuk memenuhi kebijakan Kebahagiaan Nasional Bruto (KNB), pemerintah harus menjamin kesehatan yang mudah diakses dan dijangkau, mudah serta gratis. Bahkan kebijakan nasional ini menuntut agar setiap warga negara mendapatkan lingkungan yang aman, nyaman dan sehat.
***
Rumput liar yang tumbuh disana adalah ganja. Namun, warga negaranya tidak menjadikan ganja untuk nyimeng atau rokok. Justru ganja dijadikan pakan babi. Babi yang mabuk ganja akan tumbuh lebih cepat, sering tidur dan gemuk serta memiliki cita rasa yang lezat.
***
Hal yang unik lagi adalah negara Bhutan sangat menghargai simbol penis. Simbol ini bukan porno, seperti di Desa Yuwaka tampak kuil-kuil dan rumah yang bersimbol penis karena dianggap dapat mengusir roh jahat sekaligus simbol kesuburan. Hal itu muncul dari ajaran Biara Chimi Lakhang yang menganggap alat kelamin pria sebagai sesuatu yang sakral. Daerah Chimi Lakhang dibuat untuk Lama Drupka Kinley atau orang suci gila. Ajaran Buddha yang disampaikan oleh Lama Drupka Kinley ini lebih spesifik menganjurkan pasangan suami istri untuk berhubungan seksual sebagai wujud simbol kesuburan. Meski terkesan aneh, banyak wisatawan yang ke Chimi Lakhang untuk memohon berkat kesuburan dalam rumah tangga.
***
Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai leluhur, Bhutan memiliki fakta menarik lainnya yaitu :
- Minus karbon didunia karena memiliki hutan yang menyerap unsur berbahaya di udara.
- Tidak ada lampu lalu lintas. Meski lampu lalu lintas dipasang, justru saat digunakan malah membuat orang Bhutan kacau dan kebingungan. Polisinya menggunakan sarung tangan putih untuk mengatur lalu lintas.
- Bhutan adalah negara terakhir yang menggunakan TV. Sebelumnya tahun 1999 TV dan internet dilarang di Bhutan, namun peraturan tersebut diubah karena tidak ingin mengisolasi warganya.
- Poligami dan poliandri diperbolehkan di Bhutan.
- Bhutan ingin menjadi satu-satunya negara vegetarian di dunia
- Tidak pernah dijajah, ditaklukkan atau dikuasai oleh otoritas luar
Nah... jika negara ini memaknai kebahagiaan dan menjadikan tujuan nasional. Bagaimana dengan Anda? Apakah sudah bahagia?
Jaksel, 31 Januari 2022
Salam,
Sri Patmi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H