Sebagaimana telah tertulis dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia (BPPI), wabah dan epidemi merupakan ancaman non-militer yang harus ditangani sebelum penyebarannya mengancam keutuhan negara.Â
Wabah COVID-19 yang terus bermutasi menjadi bentuk virus lain yang berbahaya akan berdampak setara atau lebih buruk daripada ancaman militer berupa peperangan dan ancaman konflik teritorial.Â
Dalam evolusi keamanan, kesehatan termasuk dalam bagian keamanan insani dengan fokus keamanan kesehatan. Efek domino yang ditimbulkan dari ancaman wabah penyakit menyentuh berbagai lini kehidupan. Proponen dari keamanan global menuju keamanan insani.Â
Selama pertempuran melawan mutasi COVID-19, belum ada tanda-tanda pertempuran akan usai. Meski demikian, Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang memiliki angka kematian yang tinggi karena pandemi.Â
Dilansir dari ourworldindata.org/coronavirus, ada 23 negara maju yang memiliki angka kematian tinggi seperti Inggris, Prancis, Italia dan Belanda.Â
Trajektori kurva yang meningkat adalah India, Amerika Serikat, Kolombia, Iran, Irak, dan Filipina. Tidak ada negara yang siap untuk menghadapi wabah penyakit dan pandemi.Â
Alasan tersebut bukan sebagai pembenaran agar tidak mempersiapkan diri sebaik mungkin terhadap segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Terlebih lagi, pandemi telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan sedari dini.
Spektrum Ancaman Wabah PandemiÂ
Langkah untuk menjaga keamanan insani sebagai upaya fundamental untuk menjaga pertahanan negara. Spektrum keamanan tersebut yang  pertama adalah spektrum nonpolitisasi (non-politicized) dimana negara tidak berupaya mengatasi suatu isu, kedua adalah spektrum politisasi (politicized) dimana negara mengelola isu menggunakan cara-cara biasa, dan ketiga spektrum sekuritisasi (securitized) dimana suatu isu dilihat sebagai isu keamanan dan dinyatakan sebagai ancaman eksistensial terhadap obyek rujukan.Â