Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Jam Karet! Janjian Jam 10 Datang Jam 12

19 Desember 2021   16:49 Diperbarui: 19 Desember 2021   17:35 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya jam karet lekat dengan kehidupan kita. Janjian jam 10 datang jam 12 atau bilang sudah otw ternyata masih di rumah? Janjian dengan orang Jepang harus tepat waktu, janjian dengan orang New York yang serba cepat harus tepat jika terlambat akan merubah segala schedule. Beda halnya janjian dengan orang Indonesia pada umumnya, karena terbiasa santai. 

Maka dalam susunan acara sering kali tertulis acara dimulai jam 10, 1 jam kemudian acara baru dimulai. Sering kali panitia mensiasati jika acara mulai jam 9, maka rundown atau undangan ditulis jam 8 supaya kumpul dulu semua orang baru mulai acara. 

Di luar dari rasa disiplin diri, ternyata jam karet juga dipengaruh oleh aspek konsep waktu dan budaya. Mengapa demikian? Dalam ilmu komunikasi ada istilah yang mengatakan kronemika/chronemics yang berarti studi penafsiran tentang waktu sebagai bentuk pesan. Bagaimana diri kita memperlakukan waktu terhadap lingkungan sekitar. 


Polikronik dan Monokronik 

Didunia ini ada 2 konsep waktu yaitu monokronik (M) dan polikronik (P). Para penganut waktu monokronik beranggapan bahwa waktu adalah suatu yang tidak akan kembali lagi, jadi mereka begitu menghargai waktu yang sekarang sedang terjadi karena masa lalu tidak dapat diulang kembali. 

Waktu adalah uang, waktu itu berharga tidak bisa dipinjam, diulang, digadai atau dibuang begitu saja dengan cara yang sia-sia. Penganut waktu monokronik akan menepati waktu dan sangat menghargai waktu. Biasanya negara-negara yang menganut budaya ini adalah negara budaya Barat seperti Eropa Utara, Amerika Utara dan Australia. 

Penganut waktu M Terburu-Buru 

Penganut waktu M akan menggunakan satu segmen waktu satu tujuan 


Penganut waktu polikronik (P) beranggapan bahwa waktu adalah segala sesuatu yang dapat terulang kembali. Hal yang diutamakan oleh penganut P akan menghargai jenis pertemuan tersebut dibanding waktunya. 

Jadi, tak jarang penganut waktu P akan mengulur waktu dan menganggap segala sesuatu bisa diulang lagi, jika gagal meeting hari ini maka bisa direschedule. Mereka akan selalu menemukan alternatif jika waktu ngaret dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. 

Biasanya negara yang memiliki budaya seperti ini adalah negara budaya timur seperti Indonesia, Eropa Selatan seperti Italia, Yunani, Spanyol, Portugal. 

Penganut Waktu P Santai, Enjoy 

Tapi Menjadwalkan satu waktu untuk beberapa tujuan. 

Berjanji dengan orang Amerika Latin, Anda yang harus maklum terhadap mereka jika terlambat. Lain halnya dengan Amerika Utara, telat 10 menit dalam pertemuan, kesimpulannya adalah Anda orang yang tidak dapat diandalkan. Toleransi terhadap keterlambatan kehadiran dengan orang Amerika Utara 15 menit. 

Tepat waktu adalah penghormatan sementara keterlambatan adalah penghinaan. Orang-orang Mormon di Utah menganggap terlambat adalah penghinaan. Italia dikenal dengan "Dolce Far Niente" yang artinya menyenangkan sekali tidak melakukan apa-apa. 

Inti dari kehidupan timur adalah kesatuan anima mundi, spirit alam semesta dan ranah makhluk yang abadi sehingga perubahan dianggap ilusi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun