Bukan hanya dikenal sebagai Kota Hujan, ternyata Bogor menyimpan berjuta romantika dari panorama dan keindahan alamnya. Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg yang berarti tanpa kecemasan atau aman tenteram. Jauh dari hiruk pikuk pemandangan kota yang penuh dengan gemerlap lampu, ketentraman dan kenyamanan tersaji dalam alam yang luas dan Maha Agung ini. Sesuai dengan namanya, Bukit Alesano menyajikan keindahan dan patut untuk para jiwa petualang, mencari sisi lain dari kehidupan yang tenang dan menyatu dengan alam.Â
Perjalanan dimulai dari BSD, Tangerang pukul 17:00 WIB, menyusuri lembayung yang mulai memerah. Melewati rute jalan Parung hingga tiba di Kota Bogor, tepatnya depan Botani Square, sambutan hujan mulai membasahi jalanan aspal yang kering dan panas oleh gesekan ban mobil, motor dan seribu angkot Bogor. Berteduh di Halte depan Botani Square, menunggu hujan reda dan menikmati sepiring Batagor Bogor. Kebetulan di halte depan Botani Square, ada tukang batagor yang sedang berteduh juga. Tidak seperti Batagor pada umumnya, batagor Bogor memiliki cita rasa yang khas, terutama dicampuran aci dan sambel kacang dengan padu padan yang pas di lidah.Â
Hujan reda, perjalanan dilanjutkan meski rintik masih membasahi jalan dan harus hati-hati saat berkendara dalam kondisi gerimis seperti ini. Pukul 20:00, kami tiba di Stasiun Batu Tulis. Disini, kami memilih untuk rehat sejenak sembari menikmati suasana dingin tempat bersejarah Sri Baduga Maharaja. Pukul 21:00 WIB, kami telah melewati Bogor Mini Zoo di Jalan Raya Cihideung. Artinya sebentar lagi kami akan segera tiba di Kebun Durian Warso Farm, Demang Fun Park, Taman Fathan Alesano dan tujuan utama Bukit Alesano. Â Lokasi Bukit Alesano ini berada di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Letaknya pun tak jauh dari area tempat wisata seperti Balai Embrio Ternak sekitar Kampung Pasir, Cijeruk. Dari Gapura Pintu Masuk Balai Ternak Embrio, kami masuk ke jalan sebelah kiri. Jalan bebatuan dan sedikit menanjak cocok banget buat yang suka nanjak atau pendaki pemula.Â
Pukul 21:30 WIB, kami tiba di Bukit Alesano masih berteman rintik hujan dan sambutan pertama city view yang menawan. Segera kami mendirikan tenda ditengah derasnya hujan. Memasukkan beberapa perabotan lenong kedalam tenda yang selesai didirikan dalam waktu 10 menit. Setelah hujan reda, kami membuka tirai tenda dan terlihat makin jelas pemandangan kota ditambah kelambu kabut yang mulai turun. Suasana semakin romantis ditambah dengan secangkir bandrek dan kopi hangat yang dapat dipesan di warung disekitar area camping ground.Â
Beberapa menit setelah kehangatan bandrek ditenggorokan turun ke usus, kami memasak air dan menyeduh secangkir kopi untuk tidak melewatkan suasana indah disini. Beberapa makanan dimasak untuk mengganjal rasa kantuk yang mulai hadir, seperti jagung bakar dan popcorn yang dibeli di mini swalayan. Dipanggang dengan mentega diatas nesting dan taraaa.... jagung popcorn yang meletup-letup siap dinikmati.Â
Setelah rehat sejenak ternyata kabut tebal dan cahaya mentari pagi berhias dengan segala keteduhan semesta. Suara kicau burung menyapa pagi dengan senyuman hangat dari Gunung Salak yang mengintip dari kejauhan. Rasanya tak sabar menunggu mentari mulai menunjukkan sinarnya. Meski suasana terasa mendung, pukul 07:00 WIB akhirnya mentari tak malu lagi menampakkan sinarnya. Hormon endorphin memacu deras didalam tubuh, memproduksi rasa bahagia, riang dan suasana positif didalam diri.Â
Setelah menyaksikan aroma pagi yang masih perawan dari ketinggian Kota Bogor, kami memasak sarapan. Kami memasak makanan sedikit banyak dan membagikannya kepada teman-teman lain yang sedang kemping disekitar kami. Mereka bercerita dan bertukar pengalaman. Sesaat kemudian, temanku bersama dengan klub motor R20 Tangerang tiba dilokasi. Tanpa disengaja kami bertemu disini. Mereka baru mulai mendirikan tenda, kami membantu dan bergegas mengemasi barang untuk pulang.Â
Sepanjang perjalanan pulang, kami melihat Kota Bogor dibawah sorotan matahari yang mulai meninggi. Pohon-pohon besar, tempat bersejarah dan hiruk pikuk kotanya yang begitu padat. Kuasa Tuhan telah menciptakan alam Bogor seperti ini. Semoga pertemuan dengan alam dapat membangkitkan sikap positif didalam diri.Â
Bogor, 19 Desember 2021
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H