Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dulu Indonesia Punya 12 Kapal Selam, Sekarang Kok Cuma 4?

15 Desember 2021   01:05 Diperbarui: 15 Desember 2021   12:05 2033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wira Ananta Rudira 

"Sekali menyelam, maju terus, tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Wira Ananta Rudira. Tabah sampai akhir".

Soekarno, 6 Oktober 1966 diatas Kapal Selam Ri Tjandrasa di Dermaga Tanjung Priok

Kapal selam memiliki daya tangkal/efek penggentar bagi musuh. Menurut Sun Tzu, ahli strategi perang mengatakan bahwa penglima perang yang hebat adalah yang dapat mengalahkan musuh tanpa perang. Dengan 12 kapal selam, Indonesia sangat disegani karena kelengkapan alutsista. 

Peperangan tidak harus terjadi secara nyata, kepada musuh Indonesia mampu memproyeksikan bahwa matra laut, udara dan darat memiliki integritas mempertahankan NKRI. Berikut ini monster laut yang sangat disegani:

  1. Tjakra S01/401 (1959-1972)
  2. Trisula 402 (1962 - 1974)
  3. Nagabanda 403 (1961 - 1976)
  4. Nagarangsang 404 (1961 - 1974)
  5. Nendradjala 405 (1961 - 1974)
  6. Alugoro 406 (1961 -- 1974)
  7. Nanggala s02/407 (1959 - 1972)
  8. Tjandrasa 408 (1962 - 1974)
  9. Widjajadanu 409 (1962 - )
  10. Pasopati 410 (1962 - 1990)
  11. Tjundamani 411 (1962 - 1974)
  12. Bramasta 412 (1962 - 1981)

Kedua belas kapal selam tersebut dibeli dari Uni Sovyet selang tahun 1959 -- 1962. Status 12 kapal selam tersebut telah pensiun. Namun, ada 1 kapal selam yang diwujudkan dalam bentuk Monumen Bersejarah yaitu KRI Pasopati 410 di Surabaya. Lambang kekuatan dan kejayaan Jalesveva Jayamahe direpresentasikan dalam wujud sejarah di Surabaya. Ditempat ini, kita dapat mengenang masa-masa kejayaan Indonesia.

KRI Pasopati 410, termasuk tipe SS Whiskey Class, dibuat di Vladi Wostok Rusia pada tahun 1952. Kapal Selam ini berpartisipasi pada Angkatan Laut sejak tanggal 29 Januari 1962, tugas utama adalah untuk menghancurkan garis musuh (anti-shipping), pengawasan dan melakukan penggerebekan secara diam-diam. 

KRI Pasopati 410 telah mengambil peran besar untuk mempertahankan hukum kelautan, seperti Operasi Trikora dimana KRI Pasopati 410 turun ke belakang garis musuh, memberi penindasan secara psikologis.

Spesifikasi KRI Pasopati adalah Panjang: 76,6 m ; Lebar: 6,30 m; Kecepatan: 18.3 knot di atas permukaan, 13,6 knot di bawah permukaan; Berat penuh: 1.300 tons; Berat kosong: 1.050 tons; Kemampuan penemuan: 8.500 mil laut; Baterai: 224 unit; Bahan Bakar: Diesel; Persenjataan: 12 Torpedo Uap Gas; Panjang: 7 m; Baling-baling: 6 lubang; Awak kapal: 63 termasuk Komandan.

KRI Pasopati memiliki 7 ruangan :

  1. Ruang untuk haluan Torpedo, dipersenjatai dengan 4 torpedo propeller, juga bertindak sebagai penyimpanan untuk torpedo
  1. Ruang Komandan, Ruang Makan, dan Ruang Kerja. Di bawah dek adalah Ruang untuk Baterai I
  2. Jembatan utama dan Pusat Komando. Penyimpanan Makanan di bawah dek
  3. Ruangan Awak Kapal, Dapur, dan penyimpanan untuk Baterai II di bawah dek
  4. Ruangan Mesin Diesel dan Terminal Mesin
  5. Kamar Mesin Listrik
  6. Ruangan Torpedo untuk bagian buritan. Berisi dengan 2 buah Torpedo.

Kapal selam ini kerap kali melakukan operasi militer diantaranya :

Sumber gambar diolah sendiri 
Sumber gambar diolah sendiri 

Komandan berpangkat perwira menengah telah memimpin KRI Pasopati adalah :

  1. Mayor Laut (P) Yasin Sudirjo
  2. Sigit Joto Sudirjo Kapten Laut (P) 1962 -- 1965
  3. Susanto Mayor Laut (P) 1965 -- 1968
  4. Untung Sarwono Kapten (P) 1968 -- 1972
  5. Suntoro Mayor (P)
  6. Supatjitno Letkol Laut (P) 1977 -- 1978
  7. F.X. Murdijo Letkol Laut (P) 1978 -- 1979
  8. Hernowo Mayor Laut (P) 1979 -- 1980
  9. Bambang P.Bs Mayor Laut (P) 1980 --
  10. M. Jakfar Safii Letkol (P) 1980 -- 1981
  11. Bambang P.S. Letkol Laut (P) 1981 -- 1983
  12. Bambang Purwadi B.S. Letkol Laut (P) 1983 -- 1985
  13. Sarjun Murkama Letkol Laut (P) 1985 -- 1986
  14. Bambang Purnomo S. Letkol Laut (P) 1986 -- 1988
  15. Imam Zaki Mayor (P) 1986 -- 1989

RI Tjandrasa yang saat itu bernomor lambung 505, mendapat penghargaan Bintang Sakti dari pemerintah atas keberhasilannya mendaratkan satu regu pasukan khusus TNI AD (RPKAD/Resimen Para Komando Angkatan Darat) ke daratan Irian Barat pada tanggal 21 Agustus 1962. Saat itu RI Tjandrasa-505 (404), yang bertugas mendaratkan Tim-2 Detasemen Pasukan Chusus (DPC) RPKAD ke pantai teluk Tanah Merah Irian Barat.

Akibat kesulitan suku cadang dan besarnya biaya pemeliharaan, Pada tahun 1972 KRI Tjakra dan Nanggala tidak digunakan lagi. Tahun 1974 giliran KRI Alugoro, Hedradjala, Nagarangsang, Tjandrasa, Tjundamani, Trisula dan Widjajanu yang dinonaktifkan. Tahun 1980 KRI Nagabanda tidak digunakan lagi. 

Sedangkan KRI Bramastra di non-aktifkan tahun 1986. Tahun 1990 kapal selam kelas W terakhir yang tidak digunakan lagi, adalah KRI Pasopati. Pada tanggal 27 Juni 1998 Pasopati diabadikan sebagai Monumen Kapal Selam (Monkasel) di Surabaya guna mengenang jasa-jasa pengabdian kapal-kapal selam kelas W.

Untuk senjata yang memiliki daya hancur dan daya tangkal yang tinggi, tentunya dibutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi pula berdasarkan life net (jaring kehidupan) kapal meliputi Jadwal Olah Pemeliharaan (JOP) dan Jadwal Olah Guna (JOG), dengan gelar kekuatan 40% jumlah kapal operasi, 60% di pangkalan dimana 30% latihan (L1 sd L4) dan 30% kapal melaksanakan perawatan dan pemeliharaan.

JOP dan JOG tersebut harus mengikuti Plan Maintenance System (PMS) dan Integrated Logistic Support System (ILS). Untuk Kapal Selam dilakukan retrofit (perbaikan menyeluruh) setiap 10 (sepuluh) tahun dalam rangka pengujian badan tekan. Perbaikan jenis kapal perang ini tidak dapat dilakukan per bagian tetapi menyeluruh. Karena sparepart yang terlihat kasat mata baik, tetapi harus sudah diganti sesuai umur/masa pakainya.

Setelah 12 kapal selam itu pensiun, penguatan matra laut kehadiran kapal selam pada tahun 1981, kapal selam tipe U-209 Class 1300 dengan nama KRI Cakra 401, pada tahun 1982, KRI  Nanggala 402 dari German, dari tahun  2017 hingga sekarang,  Indonesia kehadiran kapal selam tipe 209 Class 1400, KRI Nagapasa 403 dan KRI Ardadeli dari Korea Selatan. 

Dengan pengabdian 12 Kapal Selam Satuan Hiu Kencana sudah saatnya momentum kebangkitan kapal selam di Indonesia untuk bangkit kembali Wira Anata Rudira.

Peranan 12 Kapal Selam Dalam Operasi Djajawijaja

Keputusan Presiden No.1 Tahun 1962 tentang pembentukan "Komando Mandala Pembebasan Irian Barat" yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto sebagai Panglima Mandala dengan Kolonel Laut Soedomo sebagai panglima Komando AL Mandala. Operasi Militer ini dibentuk setelah 12 tahun upaya perundingan diupayakan untuk pembebasan Irian Barat, namun belum ada hasil. Tindakan ini bukan hanya semata-mata upaya diplomasi melainkan strategic maneuver.

Armada laut bukan hanya terdiri dari kapal perang diatas air, melainkan dilengkapi 12 kapal selam yang digelar dalam 2 garis lingkar. Enam kapal selam di garis lingkar dalam (Operasi Tjakra dengan unsur KRI Tjakra, Nanggala, Nagabanda, Trisula, Tjandrasa, dan Nagarangsang)  yang bertugas untuk penyerangan dan pendaratan. Enam kapal selam berada di garis luar (operasi Alugoro dengan unsur KRI Alugoro, Bramasta, Hendradjaja, Pasopati, Tjundamanik, dan Widjajandanu).

Hari H untuk pendaratan di Biak ditetapkan 17 Agustus 1962. Seluruh jajaran Komando Mandala Pembebasan Irian Barat telah siap melaksanakan pendaratan. 

Tetapi tepat sebelum pendaratan, sore hari pada tanggal 15 Agustus 1962 datang berita sandi awan terbang ke semua pesawat penerima di tiap kapal. Hal ini berarti Operasi Djajawidjaja tidak diteruskan karena Belanda bersedia menyerahkan kembali Irian Barat kepada Indonesia.

 Operasi Djajawidjaja telah berhasil memperagakan salah satu puncak kekuatan bangsa Indonesia melalui matra darat, air dan laut. Dengan operasi militer tersebut Belanda dan dunia meyakini bahwa Indonesia sungguh-sungguh akan merebut Irian Barat dengan tindakan militer, memproyeksikan kekuatan militer yang handal, dan penguasaan matra laut.

Surat perjanjian yang ditandatangani pemerintah Indonesia dengan Belanda di New York tentang pembebasan Irian Barat tak lain adalah bentuk surat tanda takluk (letter of surrender) yang seharusnya diserahkan oleh Panglima Tentara Belanda di Irian Barat kepada Panglima Belanda diatas geladak kapal Pimpinan RI Multatuli di Teluk Hollandia.

Operasi Djajawidaja adalah suatu offensive militer berskala internasional yang berhasil membawa kemenangan. Kalangan militer mengatakan hal itu karena 12 kapal selam yang bukan tandingan tentara Belanda. 

Beberapa pendapat lain mengatakan bahwa kemenangan tersebut karena masuknya pesawat pembom jarak jauh Tupolev ke jajaran AL dengan senjata torpedo kendali dan AU dengan senjata peluru kendali yang membuat Belanda gentar. Meskipun pesawat Tupalev itu belum sempat dioperasikan karena belum datang saat operasi dilaksanakan.


Penguatan Matra Laut 2021 

Menilik dari sejarah kejayaannya, Indonesia saat ini bertekad ingin memperkuat armada laut 3x lipat dari jumlah sekarang yaitu 12 kapal selam. 

Langkah itu dilakukan sebagai pengamanan wilayah maritim Indonesia dan akibat seringnya Kapal China masuk ke perairan Indonesia. Dengan luas wilayah perairan Indonesia yang sangat luas, 4 kapal selam saat ini yang beroperasi kurang sepadan untuk memaksimalkan upaya TNI AL di wilayah perbatasan utamanya perairan. Urgensi penguatan Matra laut harus dikuatkan lagi dalam bentuk Minimum Essential Force (MEF) 

Semenjak kecelakaan KRI Nanggala, saat ini Indonesia mengejar produksi  kapal selam bersama dengan Korea Selatan. Sementara Negara Prancis, Rusia, Jepang dan Turki juga menawarkan kapal selam buatan mereka ke Indonesia. Jadi, Indonesia tinggal pilih kapal selam buatan mana? 

Sumber :

Majalah Jalasena Edisi Bulan Mei 2011 Laksda TNI (purn) Wahyono S.K., Ph.D.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun