Percayalah... Kehilangan Teman Jauh Lebih Menyakitkan Dibandingkan Dengan Kesalahan Yang Pernah Kita Perbuat Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain. Maka hargailah etika tidak tertulis dalam berteman...
Pernahkah terlintas dalam benak pikiran kita hidup sendiri? Sebatas menunjukkan kita bisa survive sendiri tanpa teman? Atau pernah enggak sih menunjukkan kesombongan dengan bisa melakukan semuanya sendiri? Ilustrasi sederhana tentang riset film berikut ini akan membuka pandangan yang lebih luas tentang keberhargaan teman.Â
Film booming tahun 2019 yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck. Arthur yang kesepian, tidak memiliki teman dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari lingkungannya. Karena latar belakang tersebut, ia menderita penyakit bipolar dan tidak dapat membedakan mana delusi, ilusi dan realitas. Dalam film tersebut, Arthur juga menyampaikan "Orang jahat tercipta dari orang baik yang sering tersakiti". Betapa dukungan dari lingkungan pertemanan, sangat diperlukan untuk kesehatan mental seseorang.Â
Film yang dibintangi Tom Hank tahun 2000 berjudul Cast Away. Tom Hank yang berperan sebagai Chuck Nolland terdampar di sebuah pulau akibat kecelakaan pesawat cargo. Disini, ia hanya sendiri dan mencoba untuk bertahan hidup dengan segala cara. Beberapa bulan berlalu, Nolland belum menemukan cara untuk kembali ke negaranya. Nolland merasakan kesepian dan depresi, hingga ia membuka paket yang berisi bola. Bola tersebut diberikan rambut, digambarkan mata, hidung dan bibir yang tersenyum. Setiap hari, Nolland membawa bola tersebut dan mengajaknya bicara layaknya seorang teman. Bahkan ketika bola tersebut terbawa arus air, ia sangat bersedih. Hingga tingkat depresi paling berat yang dialami Nolland ketika bola tersebut jatuh dan hanyut ke laut.Â
Film berikutnya adalah Taxi Driver 1976 oleh Robert Danielo mantan veteran perang kesepian. Dalam kesepiannya, ia berusaha mencari teman dengan cara menjadi taxi driver. Ia menjadikan taxi tersebut sebagai temannya yang mengantarkan keliling kota dan merasa bahagia.Â
Film Her 2013 yang diperankan oleh Joaquin Phoenik/ pemeran Joker. Film ini berkisah tentang seorang pria yang kesepian meski berada dalam hiruk pikuk kota yang ramai. Ia menjalani kehidupannya sendiri terasa sunyi. Hingga ia membeli sebuah perangkat komputer dan menjadikan komputer itu sebagai temannya. Ia memberikan karakter tersendiri terhadap perangkat tersebut dan diberi nama Samantha. Setiap waktu, ia berkomunikasi dan berbicara dengan Samantha.Â
Film selanjutnya adalah Requiem For A Dream pada tahun 2000, berkisah tentang seorang ibu yang kesepian tidak memiliki teman, anaknya memiliki kesibukan sendiri. Sehingga ibu hanya di rumah, menjadikan TV sebagai teman. Bahkan sang ibu sempat berimajinasi jika ia dapat masuk dalam program TV favoritnya. Â
Kisah Nicola Tesla dan Merpati yang selalu menemani hingga akhir hayat hidupnya. Sebagaimana dilansir dalam sejarah peradaban manusia, Tesla adalah orang yang memberikan cahaya penerang. Bahkan sebelum ia jatuh miskin dan tinggal di penginapan bersama dengan merpatinya, ia memiliki projek besar terhadap umat manusia yaitu menciptakan teknologi transmisi tanpa kabel/wireless secara cuma-cuma kepada seluruh umat manusia. Sayangnya, belum terwujud proyek tersebut, investor menarik semua dananya.Hal tersebut tidak meruntuhkan niat Tesla untuk mewujudkan mimpi teknologi informasi dan komunikasi yang dapat dinikmati semua orang murah/tanpa biaya. Tesla menjual seluruh assetnya untuk menjadikan sebuah mimpi menjadi nyata. Belum terwujud mimpi tersebut, Tesla jatuh miskin dan hidup bersama merpatinya. Perjalanan Nicola Tesla sangat panjang, mulai dari pertemuannya dengan Thomas Alfa Edison, J.P. Morgan, Brown, dan George Westinghouse. Ia tetap memiliki prinsip yang teguh untuk menciptakan kemudahan bagi manusia tanpa komersialisasi. Nyatanya, proyek nirkabel tersebut harus ditutup karena kehabisan modal. Teman dan investornya hanya memikirkan sudut bisnis dan komersialisasi. Pada akhirnya, Nicola Tesla memilih untuk menghabiskan masa tuanya bersama dengan teman sejati, merpati yang tak pernah ingkar janji.
Itulah gambaran secara luas tentang keberhargaan teman. Bagaimana seorang teman dapat menentukan pola pikir, menentukan pengambilan keputusan kehidupan, memberikan dukungan baik secara moral maupun mental, memiliki tujuan yang sama. Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila kita memiliki teman yang sejalan. Sama halnya dengan Tesla,mungkin jika dulu teman-teman Tesla adalah orang yang sejalan dengan pemikirannya? Kita saat ini menikmati internet secara gratis. Berteman dengan orang-orang bisnis, tentunya otak kita otak bisnis, berteman dengan ilmuwan maka isi otak kita bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan, berteman dengan ahli spiritual maka kita mendapatkan pencerahan, berteman dengan agamais maka kita mendapatkan dogma.
Lalu bagaimana kita menjalin pertemanan dengan perbedaan cara, pandangan dan pemikiran yang tak sejalan?Â
Kita semua berbeda, yang sejalan belum tentu sama. Sedikit ataupun banyak ada pergesekan yang terjadi. Bagaimana kita menyikapi? Dalam pergaulan apapun, sebaiknya kita menjunjung etika tidak tertulis dalam berteman :Â
1. MENGHARGAI PRIVASI Â
Jangan merasa dekat tanpa sekat lalu kita merasa paling bersahabat dengan kehidupan pribadinya. Selalu bersama, sering bercengkrama,  ada sisi lain dimana setiap manusia membutuhkan ruang untuk sendiri. Disaat inilah, patutnya sebagai sahat dan teman, kita menghargai ruang privasi teman sendiri. Jangan merasa teman, lalu kita berhak untuk tahu semua privasi orang lain. Memaksa agar teman kita mau bercerita apapun tentang kehidupan pribadinya. Jika ia sedang menutup diri, maka jangan kurang ajar untuk mencari tahu kehidupan pribadinya melalui orang lain, apalagi bertanya kepada sahabat dekatnya dengan tujuan untuk  memperburuk keadaan. Hal ini sangat tidak sopan dan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Berteman jangan seperti anak kecil, mencari keberpihakan kemana-mana untuk menjatuhkan sesama teman. Kedewasaan sangat diperlukan dalam etika pertemanan. Meski dianggap sepele, tetapi pelanggaran terhadap etika pertemanan ini dapat merusak hubungan baik Anda. Meski berteman dengan baik dan sangat akrab/konco kentel, tidak segala sesuatunya harus diceritakan kepada teman. Ada bagian kehidupan yang mengharuskan kita untuk berbicara pada diri sendiri untuk introspeksi dan melakukan perubahan. Pada bagian ini, sebaiknya sikap kita jangan sibuk menghakimi, mengkorek-korek melalui orang lain, mencurigai, menuduh dia tidak benar, menuduh tanpa bukti, menarik kesimpulan sendiri, menyebarkan gosip, membuka aib, menyebarkan fitnah dan kebencian. Justru pada saat ini, dukungan yang sangat diperlukan adalah menghargainya privasinya. Jangan paksa teman kita bercerita apalagi dijadikan senjata untuk menjatuhkan teman dengan cara-cara menjebak. Tentunya tindakan ini tidak terpuji. Jangankan terpuji, kepantasan saja tidak ada. Dimana kata teman harus disandingkan dengan nama kita? Jangan-jangan kita mengaku teman, kalo dia sudah sukses? Jangan-jangan kita mengaku teman, jika ingin kasbon uang? Jangan-jangan kita mengaku teman, jika ada kepentingan saja? Lalu dimana peran kita sebagai teman saat dia ingin sendiri, saat ia menangis, saat ia butuh pertolongan? Jangan hanya ingin dimengerti sendiri! Saat kita menangis, teman harus mengusap air mata kita.  Sedangkan saat dia menangis, justru kita menambahkan sayatan lukanya? Apakah itu yang disebut teman? Apakah sikap seperti itu disebut pertemanan? Boleh berteman, tapi hargai privasi.Â
Mengapa kita harus menghargai privasi teman?Â
Secara analisis teori psikologi komunikasi, manusia memiliki 4 jendela kehidupan yang patut diketahui. Jendela itu disebut dengan teori Johari Window yang berisi tentang open self, blind self, hidden self, unknown self. Secara sederhana penjelasan teori ini adalahÂ
1. Jendela 1 : SAYA TAHU DAN ANDA TAHU (OPEN SELF)Â
2. Jendela 2 : SAYA TIDAK TAHU DAN ANDA TAHU (BLIND SELF)Â
3. Jendela 3 : SAYA TAHU DAN ANDA TIDAK TAHU (HIDDEN SELF)Â
4. jendela 4 : SAYA TIDAK TAHU DAN ANDA TIDAK TAHU (UNKNOWN SELF)Â
2. JANGAN IKUT CAMPUR JIKA TIDAK DIMINTAI PENDAPATÂ
Meski berteman, kita terlahir dari aspek kebudayaan yang berbeda-beda. Membantu bukan berarti ikut campur. Justru hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Banyak cara elegan yang dapat dilakukan jika ingin membantu teman. Dukungan bukan hanya bertindak atas nama memberi bantuan. Tanyakan apakah perlu bantuan terhadap masalahnya? Jika tidak, sebaiknya jangan paksakan kehendak  untuk membantu meski berniat baik. Berikan ruang pendewasaan diri untuk teman kita. Meski demikian, selayaknya teman berikanlah atensi agar ia merasa nyaman.Â
3. JADILAH PENDENGAR DAN PEMBERI SOLUSI TERBAIKÂ
Ada bagian kehidupan dimana manusia membutuhkan untuk didengarkan bukan dihakimi. Saat mendengarkan, bukan pula kita menjadi opportunis dan memanfaatkan segala bentuk informasi sebagai senjata untuk membuka kartu keburukan teman sendiri. Saat harus mendengarkan, cukup pendengaran kita yang bekerja. Setelah itu, berikan solusi jika ia membutuhkan solusi. Tetapi jika ia hanya sekedar menumpahkan unek-uneknya saja, jadilah pendengar yang baik. Cukuplah informasi itu sampai pada pendengaran, pikiran dan hati kita. Bukan untuk disebarluaskan lagi kepada orang lain. Cukup informasi itu berhenti pada diri sendiri dan jadikan pelajaran yang bermakna.Â
Etika pertemanan ini sangat sepele, tapi tidak dapat diabaikan. Dampaknya akan merusak hubungan pertemanan.Secara harfiah, manusia membutuhkan teman. Jangan sampai hubungan pertemanan yang sudah terjalin harus pupus karena hal-hal sepele. Kehilangan teman sangat menyedihkan terlebih pernah berbuat salah kepadanya sebelum meminta maaf dan ia telah pergi. Percayalah mencari 1000 musuh lebih mudah dibanding 1 teman.Â
Bogor, 20 September 2021Â
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H