Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Sri Patmi: Keriput Tua di Wajah Ayah

12 November 2021   18:58 Diperbarui: 12 November 2021   18:59 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teruntuk yang terkasih
Ayah.. suatu saat aku akan menemukan pangeranku. Tapi percayalah kau tetaplah rajaku.

Selamat Hari Ayah Nasional 2021

Ayah, diwaktu aku masih kecil, kaulah orang yg selalu menuntunku ketika aku baru belajar berjalan. Paling panik ketika aku terjatuh dan menangis.

Ayah,
Suatu saat nanti kau harus merelakanku untuk dimiliki pria lain dibawah doa dan restumu. Tapi percayalah ayah, baktiku kepadamu takkan pernah usai.

Ayah,
Terima kasih untuk cinta yang tulus tanpa pamrih sepanjang masa. Sampai kapanpun, aku tetaplah putri kecilmu yg masih butuh kau peluk dan kau manja.

Ayah, 

Bagimu tak ada kata lelah apalagi menyerah. Saat tulang punggung sudah tak mampu menopang kau tetap tertatih berjalan menolak tua melawan lupa. 

Ayah, 

Keriput diwajahmu pertanda perjuanganmu yang tak berkesudahan. Saat ibu pergi, kau tak pernah mendawaikan elegi. Kau menjadi ibu dan embun penyejuk pagi. 

Ayah, 

Kau yang mengenalkan ku pada dunia dengan membaca. Membaca buku kehidupan yang telah kautulis dalam kerutan diwajahmu. Memaknai keriputmu sebagai guru terbaikku. 

Ayah, 

Percayalah kehilangan kasihmu lebih pahit dari secangkir kopi yang mewarnai pagimu. Kau tanamkan kasih untuk menghidupi. Filosofi sederhana takkan disebut hidup jika tak pernah menghidupi. Tak pernah berhenti untuk berbagi. 

Ayah,

Kutitipkan doa pada sayap-sayap malaikat. Supaya tetesan peluh keringat yang tak terlihat menjadi cara terbaikmu untuk bermunajat. Tetes air mata yang kau sembunyikan sebagai penyempurnamu untuk berbuat. 

Ayah, 

Tetaplah menjadi gurun yang tak tertebak. Jadilah panas yang mendinginkan. Jadilah dingin yang menghangatkan. 

Ayah, 

Kelak dingin akan menggigil jika harus melewatimu. Embun akan tersipu malu menyapa gurat tua diwajahmu. Awan comulonimbus akan memayungimu. Tinta akan menulis sendiri namamu sebagai maestro kehidupan yang memiliki arti 

Jakarta Selatan, 12 November 2021

Salam, 

Sri Patmi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun