Percayalah kehilangan kasihmu lebih pahit dari secangkir kopi yang mewarnai pagimu. Kau tanamkan kasih untuk menghidupi. Filosofi sederhana takkan disebut hidup jika tak pernah menghidupi. Tak pernah berhenti untuk berbagi.Â
Ayah,
Kutitipkan doa pada sayap-sayap malaikat. Supaya tetesan peluh keringat yang tak terlihat menjadi cara terbaikmu untuk bermunajat. Tetes air mata yang kau sembunyikan sebagai penyempurnamu untuk berbuat.Â
Ayah,Â
Tetaplah menjadi gurun yang tak tertebak. Jadilah panas yang mendinginkan. Jadilah dingin yang menghangatkan.Â
Ayah,Â
Kelak dingin akan menggigil jika harus melewatimu. Embun akan tersipu malu menyapa gurat tua diwajahmu. Awan comulonimbus akan memayungimu. Tinta akan menulis sendiri namamu sebagai maestro kehidupan yang memiliki artiÂ
Jakarta Selatan, 12 November 2021
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H