Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Sri Patmi: Keriput Tua di Wajah Ayah

12 November 2021   18:58 Diperbarui: 12 November 2021   18:59 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percayalah kehilangan kasihmu lebih pahit dari secangkir kopi yang mewarnai pagimu. Kau tanamkan kasih untuk menghidupi. Filosofi sederhana takkan disebut hidup jika tak pernah menghidupi. Tak pernah berhenti untuk berbagi. 

Ayah,

Kutitipkan doa pada sayap-sayap malaikat. Supaya tetesan peluh keringat yang tak terlihat menjadi cara terbaikmu untuk bermunajat. Tetes air mata yang kau sembunyikan sebagai penyempurnamu untuk berbuat. 

Ayah, 

Tetaplah menjadi gurun yang tak tertebak. Jadilah panas yang mendinginkan. Jadilah dingin yang menghangatkan. 

Ayah, 

Kelak dingin akan menggigil jika harus melewatimu. Embun akan tersipu malu menyapa gurat tua diwajahmu. Awan comulonimbus akan memayungimu. Tinta akan menulis sendiri namamu sebagai maestro kehidupan yang memiliki arti 

Jakarta Selatan, 12 November 2021

Salam, 

Sri Patmi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun