Gemercik air kudengar mulai bersyairÂ
Mendawaikan kerinduan yang pernah hadirÂ
Lagi-lagi tatapan matamu yang beku harus mencairÂ
Bersama secangkir kopi hangat yang kau seruput pada kecupan terakhirÂ
Kita, eh.. maksudnya aku yang tak dapat mangkirÂ
Saat diterpa aroma tubuhmu yang partikelirÂ
Asalmu dari megalitikum? pantas seperti menhirÂ
Katanya kau hadir dari bersama dengan kalimat takdirÂ
Kita, aku dan kamu bukan sedang bermain sintirÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!