Mohon tunggu...
patmawati dahlan
patmawati dahlan Mohon Tunggu... -

Seorang yang suka menulis tapi merasa tak punya waktu untuk menulis. sedang mendalami Multiple Intelligence dan belajar jadi pengusaha..ha..ha..ha...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Kiat Berunding/Bernegosiasi dengan Si Kecil

12 Januari 2012   03:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Mom and Dad…..! (ceileee…sok ngelinggis neeh! hihihi…)

Ada beberapa pengalaman yang ingin kubagi ketika berunding/bernegosiasi dengan pangeran kecilku, adek Dafva, yang tergolong aktif dan banyak mau.

Sebagai little man, wajar kalau ia: 1. Menangis ketika kemauannya tidak dituruti. 2. Ngambek ketika dilarang melakukan sesuatu yang disukainya. 3. Membantah perintah/perkataan yang menurutnya tidak benar/salah. 4. Memukul untuk menunjukkan perlawanan, rasa tidak suka, dan rasa senang. 5. Tertarik kepada sesuatu yang baru dan menantang.

Maka, dengan karakter demikian, apa yang bisa kulakukan untuk bernegosiasi dengannya? Cara yang paling ampuh adalah dengan memahami minat, kesukaan, ketidaksukaan, dan cara berpikirnya. Berikut ini, ada beberapa peristiwa, yang jika dikenang, pasti menimbulkan tawa. So, aku tulis di sini agar kelak dapat dibaca kembali dan direnungkan.

#Peristiwa 1#

Sore itu, sufor sudah hampir habis. Berhubung princess Rara masih tidur, jadilah prince Dafva kuajak serta untuk beli susu ke minimarket Re*aja, di jalan Kutai. Sebenarnya, agak ketar-ketir juga, mengingat prince Dafva adalah maniak mobil. Segala piranti/apparel yang bergambar mobil, pasti dimintanya. Entah pihak minimarket sengaja atau tidak, letak lorong mainan adalah di jalan masuk, mau tidak mau, setiap anak yang ikut berbelanja, pasti berhenti dulu, minimal melirik. Demikian pula dengan prince Dafva, roman mukanya kegirangan banget, sambil berkali-kali meminta dibelikan mainan. Aku jawab bahwa kami harus beli susu dulu, urusan mainan nanti aja. Prince Dafva menuruti kata-kataku dan mengekor langkahku menuju rak susu.

Prince Dafva mencomot sebungkus C*C Cr*nch yang menyertakan VCD kartun mobil sebagai hadiahnya. Olalaaah…beib! Sebungkus produk tersebut, harganya sama dengan 400 gr sufor yang biasa diminum oleh anak-anakku. Segera kutegaskan bahwa tidak ada budget untuk membeli barang lain, uangnya hanya cukup membeli susu. Prince Dafva kembali menuruti dan berkata bahwa ia ingin beli mainan saja.

Tibalah saat antri di kasir yang letaknya tepat disamping lorong mainan dekat jalan masuk. Sembari antri, kulihat prince Dafva melangkah menuju rak mainan mobil-mobilan dan menggotong sebuah mainan truk tronton yang gede banget…! Duuhh….! Aku bergegas menghampirinya yang meletakkan kembali mainan itu dan menggendongnya sambil lanjut mengantri. Tak ayal, tangisnya membahana. Sontak, seluruh pengungjung melihatku. Malu juga siih…..! Apa boleh buat, nangis pun nggak apa-apa, secara mainan mobil-mobilnya hampir sekarung di rumah.

Masih dengan tangisnya, aku membayar seluruh belanjaan di kasir. Saat melihat sesosok bapak-bapak gundul klimis (maap ye, pak…) sambil memegang kacamatanya, iseng kubisikkan bahwa si bapak itu adalah pemilik minimarket yang akan mengusir anak kecil yang menangis. Eehh… ternyata cukup ampuh juga. Prince Dafva kontan terdiam, masih sesenggukan dan merengek, tapi tidak semembahana tadi.

Perjuangan berikutnya adalah di pintu keluar. Tahu akan pulang, prince Dafva tidak mau beranjak. Tanganku ditariknya untuk masuk kembali. Akupun menggendongnya menuju sepeda motor yang diparkir di depan minimarket, tentu saja sambil bernegosiasi dengannya.

Aku: “Adek, mainan mobil-mobilannya khan sudah banyak. Ya nggak usah beli lagi, dong!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun