Dalam setiap keadaaan, melaksanakan kewajiban di jalan Allah dengan niat yang ikhlas menaikkan seseorang pada suatu maqam yang mulia. Tidak seorang pun dapat mengatakan bahwa hal ini tidak mungkin baginya. Justru ketika sesseorang mulai berjalan di jalan Allah, kekuatannya bertambah dan kesulitannya terpecahkan. Seperti yang dikatakan Al-Qur'an suci: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut 29 : 69).
Riya
Maksud manusia di balik perbuatan riya ini adalah untuk menarik orang kepdanya. Dia melakukannya dengan  berbagai cara :
Â
- Dengan perbuatan atau tindakannya. Misalnya, dia memperlama shalatnya atau menampakkan kekhusyukan.
- Dengan perkataannya. Misalnya, dalam nasihat dan khotbahnya, dia terjaga sepanjang malam untuk beribadah.
- Ada kalanya, dia menampakkan wajah seperti wajah seperti wajah orang yang terus terjaga sepamjang malam untuk beribadah.
- Ada kalanya, dia memperagakan dirinya sedemikian rupa sehingga tampak penuh perhatian kepda Islam dan kaum Muslimin.
Tidak ada keraguan bahwa semua ini memang mempunyai asfek ibadah, karena ada beberapa hadis dan ayat yang berkenaan dengannya. Dalam kitab Urwatul Wutsqa, pada bab tentang wudu, Almarhum Sayyid Muhammad Kazham Thabathaba'i mengutip hamper sepuluh macam riya. Berikut ini beberapa di antaranya :
Â
- Maksud dari berbuat baik hanyalah untuk memamerkan diri kepada orang.
- Perbuatan itu dimaksudkan untuk mendapat baik pahala Tuhan maupun pamer, akan tetapi yang kedua besar daripada yang pertama.
- Kedua niat tersebut (untuk mendapat pahala Tuhan dan pamer) setara, dan masing-masing niat itu dapat mendorongnya berbuat baik.
- Dia mempunyai niat baik pamer maupun mendapat ridha Tuhan, namun harapan untuk mendapatkan ridha Tuhan lebih besar.
Â
Larangan Riya dalam Al-Qur'an
Â
" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedangkan dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguaaii sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Alklah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. al-Baqarah 2: 264)
Penipuan diri dan Ujub