Mohon tunggu...
Inlander Agung
Inlander Agung Mohon Tunggu... -

Oke boss

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Loyalitas Vertikal Pimpinan TNI Polri Mutlak Terhadap Bawahan

1 September 2015   21:29 Diperbarui: 1 September 2015   21:34 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bentrokan TNI atau Polri hanya berasal dari kelas bawah, jarang sekali di kelas manager terjadi, bahkan nyaris tidak ada. Dan tentunya SDM prajurit kelas bawah sangat berbeda dengan perwira sumber sarjana ataupun perwira alumni akademi militer. Namun beberapa prajurit tataran bahwa juga ada yang mengenyam pendidikan formal setara perguruan tinggi dan sudah selayaknya para prajurit ini mengikuti kesempatan pendidikan menjadi seorang perwira non akademi militer. Beberapa kasus banyak prajurit dengan pangkat rendahan tapi memiliki pemikiran dan gagasan yang cemerlang tidak bisa menyampaiakan ide-idenya karena terganjal dengan pangkat. Kita juga bingung kalau membandingkan kewenangan standar pangkat negara kita dengan negara lain. Seperti seorang Sersan Mayor di negara-negara Barat memiliki kewenangan dan leader yang sangat berbeda dengan Sersan Mayor di Indonesia. Padahal dalam sejarahnya TNI profesional dikehendaki yang berasal dari KNIL sangat kental dengan nilai-nilai militer Belanda, tetapi banyak kewenangan menurut pangkat standar Eropa jadi kurang difungsikan. Apakah mungkin setelah TNI lahir bertambah unsur-unsur dari Laskar dan eks PETA, kemudian memiliki karakteristik khusus seperti sekarang.

Dalam sejarah militer, banyak pejabat tinggi yang bukan berasal dari Akademi Militer Breda ataupun Akademi Militer di Hindia Belanda (di Jatinegara dan Cimahi selain itu ada pula Akademi yang mencetak Kadet) dapat membuktikan kepemimpinannya dengan gilang gemilang bahkan ada yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Anggota DPR sering mengeluarkan statement yang menyesatkan karena mereka lupa akan sejarah militer, lupa bagaimana Polisi dan tentara (KNIL) di era Hindia Belanda memiliki fungsi keamanan dalam negeri bukan pertahanan wilayah luar. Bahkan Hindia Belanda membentuk Polisi Istimewa yang benar-benar militeristik.

Degradasi moral yang melanda prajurit kelas bawah mudah-mudahan tak pernah memuncak, prajurit yang kadang memiliki keahlian khusus ataupun SDM nya lebih baik dari yang lain terkadang harus kecewa ketika berurusan untuk meningkatkan karir melalui pendidikan entah itu Secaba Reguler atau Secapa Reguler. Kalau tidak lolos seleksi terkadang frustasi meskipun ini tidak dibenarkan karena panitia seleksi adalah sekelompok orang profesional. Namun dengan pertimbangan tertentu atau penghargaan bisakah prajurit berkeahlian khusus memiliki konskuensi logis.

Prajurit mudah sekali terpancing kemarahan memang memiliki banyak faktor, terkadang penulis sempat berpikir apakah keberadaan Pusdik-pusdik di tengah kota perlu di evaluasi kembali. Mengingat untuk menggembleng mental prajurit yang tahan uji di segala rintangan diperlukan tempat yang sesuai, jauh dari kontaminasi lingkungan kota agar begitu lulus kita melihat postur prajurit yang tanggap, tanggon dan trengginas. Tidak mudah terpancing masalah sepele karena telah melampaui survival dan pengasingan sementara waktu. Kita ingin prajurit yang gagah tapi rendah hati bukan prajurit brangasan yang mudah terpancing emosi. Kita ingin prajurit yang dapat diandalkan bertarung melawan musuh bukan prajurit tukang kepruk antar sesama aparat bahkan warga sipil. Kita juga ingin kemampuan tempur setiap satuan ditingkatkan sebagai prajurit dengan mobilitas tinggi yang siap menghadapi berbagai ancaman baik konvensional maupun unkonvensional.

Kami percaya dengan intelektualitas para perwira senior dan perwira remaja tentunya akan dapat memimpin TNI Polri yang semakin solid. Sangat disayangkan kalau bentrokan terjadi di tingkat bawah, maka pimpinan puncak satuanpun menerima imbasnya dan berpengaruh terhadap karir yang bersangkutan. Sungguh dengan solidnya TNI Polri maka saya rindu negara ini aman tentram dan terhindar dari perang asimetris yang perlu diwaspadai. Saya mungkin hanyalah beberapa gelintir warga negara dari jutaaan warga negara yang mendambakan TNI yang disegani dan Polisi yang berwibawa. Polisi yang jauh dari penampilan ala tentara. Hingga Civil Society dapat terselenggara.

Saya teringat pada masa tahun 80 an, jika di suatu kampung ada anggota TNI atau Polisi berada, maka kami akan merasa tenteram begitu pula di tempat-tempat kerumunan orang. Saya juga menyaksikan loyalitas seorang Kopral terhadap seorang atasan melebihi saudara. Juga kesederhanaan isteri-isteri dari perwira yang tak henti-hentinya membimbing dan mengayomi istri bawahan.

           Akankah TNI Polri sanggup mengembalikan citra seperti masa-masa dulu. Agar para pengamat berhenti ngoceh tak seperti burung prenjak menyoroti TNI Polri terus. Apalagi ada nada mencela. Sungguh TNI Polri adalah asset negara yang tak tergoyahkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun