Hidup Vardy bak kisah dari negeri dongeng. Dari bukan siapa-siapa, menjadi seseorang yang disorot dunia. Namun ia selalu ingat, dari mana ia berasal.
Mengulas Liga Inggris musim ini, maka tak lengkap jika tak menyinggung nama Jamie Vardy. Tombak Leicester City ini tampil subur dengan mencetak 19 gol gol hingga pekan 31. Ia hanya kalah dari striker muda Tottenham Spurs Hary Kane (21 gol).
Tak hanya tajam, ia pun tergolong cepat. Kecepatannya bisa mencapai 22mph atau setara dengan 35,5 km per jam. Prestasinya itu berbading lurus dengan posisi The Foxes, julukan Leicester di klasemen liga domestik sementara. Tak tanggung-tanggung, hingga pekan 31, asuhan Caudio Ranieri ini menduduki tampuk teratas Liga Inggris dengan raihan 66 poin, selisih lima angka dari Tottenham Hotspur di posisi dua. Mereka mempecundangi para favorit seperti Chelsea, United, Arsenal dan Liverpool.
Siapakah Vardy? Umurnya sudah 28 tahun. Berbeda dengan Ronaldo, Messi atau Neymar yang sudah tenar sejak remaja, Vardy baru dikenal kurang dari dua tahun ini. Ia baru dua musim bermain di liga utama Inggris. Maklum saja, sebelumnya, dia memperkuat Leicester di Divisi Championship, kasta kedua liga sepakbola Inggris.
Nah, kalau nama Leicester masih familiar, bagaimana dengan FC Halifax Town atau Fleetwood Town, klub Vardy sebelumnya? Walaupun punya prestasi bagus di sana, ia tetap saja berlabel pemain amatir, karena membela klub amatir. Bayarannya kurang lebih 600 ribu rupiah sekali main. Demi hidup, ini bukan uang yang cukup, sehingga Vardy harus kerja tambahan sebagai buruh pabrik.
Pemandu bakat Leicester City tertarik setelah Vardy mencetak 34 gol bersama Fleetwood dalam semusim. Dan Leicester pun rela merogoh kocek sebesar satu juta poundsterling (sekitar 20 miliar lebih) untuk memboyongnya. Itu adalah rekor harga pembelian untuk pemain non-liga.
Berseragam The Foxes, pemain kelahiran Sheffield, 11 Januari 1987 ini memberi dampak signifikan. Mencetak 21 gol dalam dua musim di divisi Championship, Vardy membawa Leicester promosi ke Liga Inggris pada musim 2014/2015.
Musim pertamanya di liga utama tak terlalu mengesankan. Pamornya tenggelam oleh nama tenar Sergio Aguero (City), Diego Costa (Chelsea) ataupun Wayne Rooney (United). Timnya pun hanya finish di posisi 14 dan Vardy hanya mengoleksi lima gol .
Musim 2015/2016, Leicester dengan Vardy-nya mulai menyita perhatian. Mereka terus bersaing di papan atas, di saat performa tim unggulan justru jeblok. Nama Vardy makin melambung ketika memecahkan rekor Ruud van Nistelrooy yang mencetak gol di 10 laga beruntun di Premier League. Vardy melakukannya di sebelas pertandingan. Terasa spesial karena ia mencetak gol rekornya itu ke gawang bekas klub Nistelrooy, Manchester United.
Klub tenar asal Spanyol Real Madrid kepincut. El Real telah memasukkan nama Vardy sebagai daftar bidikan. Tapi Ranieri buru-buru memagari pemainnya. “Tidak, dia akan tetap bersama kami,” kata pria asal Italia tersebut.
Trengginasnya Vardy juga membuat Roy Hodgson, pelatih tim nasional Inggris, tak kuasa mengalihkan perhatiannya. Ia akhirnya melayangkan panggilan pertamanya pada laga persahabatan melawan Republik Irlandia, 7 Juni 2015. Debutnya dimulai pada 15 menit terakhir laga. Ia menggantikan kapten Wayne Rooney.