Mohon tunggu...
Sarah Jovita Pasya
Sarah Jovita Pasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Movies

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahayanya Penyebaran Hoax di Aplikasi Whatsapp

26 Juni 2023   16:17 Diperbarui: 26 Juni 2023   16:19 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/6w6lADk

WhatsApp, salah satu platform pesan instan paling populer di dunia, yang menyediakan sarana mudah bagi pengguna untuk berbagi informasi. Namun, sayangnya, platform ini juga telah menjadi sarana bagi penyebaran berita palsu atau yang lebih dikenal sebagai Hoax. Seperti melakukan forward pesan sampai lima kali, untuk menjawabnya, Kementrian Komuniksasi dan Informatika (Kominfo) membeberkan faktanya.

Berbagai kasus hoax di WhatsApp telah muncul dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, ada kasus yang menyebutkan bahwa mengonsumsi minuman tertentu dapat mencegah COVID-19, atau klaim bahwa vaksinasi menyebabkan efek samping yang berbahaya. Hoax semacam ini menimbulkan kebingungan di antara masyarakat seperti penolakan akan vaksinasi atau pengobatan yang tidak terbukti keampuhannya.

Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa penyebaran hoax di WhatsApp semakin meningkat. Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pew, sekitar 39% pengguna WhatsApp di Amerika Serikat mengaku pernah menerima pesan palsu dalam setahun terakhir. Jumlah ini sangat mengkhawatirkan, karena pesan-pesan hoax dapat dengan mudah menyebar ke ribuan orang hanya dalam hitungan detik.

Mekanisme Penyebaran dan Penyebar Hoax di WhatsApp

Untuk memahami mengapa hoax di WhatsApp menjadi begitu meresahkan, penting untuk melihat mekanisme penyebaran dan siapa yang bertanggung jawab atas penyebaran tersebut. WhatsApp memungkinkan pengguna untuk membuat grup dengan anggota yang banyak, sehingga pesan hoax dapat dengan cepat menyebar ke banyak orang sekaligus.

Seringkali, penyebar hoax di WhatsApp menggunakan teknik-teknik manipulatif untuk membuat pesan mereka terlihat lebih menarik. Mereka mungkin menggunakan gambaran yang terkait dengan lembaga terpercaya. Dalam beberapa kasus, penyebar hoax juga menggunakan teknik "pesan berantai", di mana pengguna diminta untuk meneruskan pesan tersebut kepada orang lain.

Penyebar hoax di WhatsApp beberapa kali mengambil keuntungan dari ketidaktahuan atau ketakutan orang-orang terhadap topik tertentu. Misalnya, dalam masa pandemi COVID-19, orang menjadi sangat sensitif terhadap informasi terkait kesehatan. Hal ini menjadikan mereka ragu terhadap pesan-pesan palsu yang menjanjikan cara-cara mudah untuk melawan virus atau menghindari vaksinasi.

Perlunya Edukasi dan Penegakan Hukum untuk Mengatasi Masalah Hoax di WhatsApp

Mengatasi masalah hoax di WhatsApp memerlukan pendekatan yang komprehensif. Pertama, diper

Lakukan upaya edukasi yang intensif untuk meningkatkan literasi digital dan kritis di kalangan pengguna WhatsApp. Orang-orang perlu dilatih untuk mengidentifikasi berita palsu dan memverifikasi informasi sebelum membagikannya kepada orang lain. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat harus bekerja sama dalam menyediakan sumber daya dan program pelatihan yang efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun