Musyawarah Nasional atau Munas Partai Golkar memasuki babak baru. Bambang Soesatyo alias Bamsoet, yang dijagokan sebagai pesaing kuat Airlangga Hartarto untuk merebut kursi ketua umum akhirnya menyatakan mundur dari pencalonannya.
Keputusan Bamsoet ini disampaikannya usai bertemu dengan sejumlah tokoh senior Golkar, termasuk Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
Pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Bagus Balghi menilai setidaknya ada dua penyebab utama mundurnya Bamsoet yang diikuti calon ketua umumnya lainnya dalam kontestasi Munas kali ini.
Bagus menilai faktor pertama adalah gestur politik Presiden Jokowi terkait usulan amendemen masa jabatan presiden tiga periode. Seperti yang diketahui, Jokowi menolak usulan yang sempat digaungkan sejumlah politisi. Sebagai Ketua MPR, Bamsoet sempat pula disebut-sebut turut merespons wacana ini, meskipun kemudian dibantahnya.
Akibat isu tersebut, Presiden Jokowi dengan gestur politik yang khas dan keras menyebut wacana amendemen terkait periodisasi jabatan presiden sampai tiga kali justru bisa menjerumuskannya. Hal ini dianggap sebagai sebuah komunikasi politik tinggi dari Jokowi terkait isu ini yang mengurungkan langkah Bamsoet maju sebagai calon ketua umum.
Faktor kedua adalah sikap akomodatif dan ketenangan sosok Airlangga Hartarto sebagai ketua umum dalam menghadapi situasi partai yang memanas.
"Kita bisa melihat, di awal sempat banyak tuduhan ditujukan ke kubu Airlangga, mulai dari intervensi istana, isu munas tidak demokratis, kemunduran prestasi partai dan seterusnya. Tetapi Airlangga Hartarto sebagai ketum mampu membuktikan sekaligus menunjukkan gaya kepemimpinan yang tenang, santun, terbuka dan konsensual namun juga jelas dan tegas dalam membangun komunikasi kepada berbagai faksi internal di Golkar," ujar Bagus di Jakarta (4/12).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H