Tak semisal embun
Angin yang mendidih di penghujung pagi
Kala surya mulai sepenggalan
Sepasang mata lelah
Menyatu dengan nyanyian danau penantian
Jarinya bergerak ingin tuliskan sebuah kisah
Yang tak pernah usai direguk takdir
Sepasang mata berembun
Lalu beningnya mengalir bersama alunan lagu
Hatinya bertalu
Pilu
Mata berair
Lagu danau penantian
Matahari sepenggalan
Dan hati yang pilu
Semua menyatu di alam rasa
Tentang kisah tak usai
Tentang kasih tak sampai
Tentang jiwa yang retak
Sepasang mata lelah
Renungnya terbang ke cakrawala
Lalu pecah berderai dibakar surya
Jarinya tak usai tuliskan kisah
Semua terhenti di penghujung resah
Senandung danau penantian pun terhenti
Mati dalam puisi
Kepahiang, 02 Februari 2019
11.56
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H