Mohon tunggu...
pasti.golput
pasti.golput Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ceu Popong Cocok Gantiin Setnov

17 Desember 2015   13:22 Diperbarui: 17 Desember 2015   13:40 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setvov akhirnya mundur dari jabatan ketua DPR, sekarang topik pembicaraan bukan lagi Papa minta saham, tetapi Papa minta mundur. Setelah mundur lalu apa? Nah, sekarang ini akan ada perdebatan sengit di internal DPR. Apakah pimpinan akan dikocok ulang sesuai dengan UU MD3, dimana pimpinan itu satu paket? Apakah PDID masih ngotot untuk meraih impiannya untuk menjadikan kadernya jadi pimpinan DPR hadiah sebagai partai pemenang pemilu seperti tradisi 10 tahun belakangan ini?

Bagi gw itu semua tidak penting, karena masa kerja DPR tahun ini tinggal 1 hari, yakni esok, dan setelah besok mereka akan reses dan terbang kemana pun mereka suka dan berlibur dengan "uang rakyat" yang "resmi", maka sudah selayaknya DPR mengambil jalan tengah. Bukankah politik itu adalah seni jalan tengah diantara berbagai opsi untuk mengambil suatu keputusan? Nah, daripada menelurkan keributan dan parodi baru di DPR, sebaiknya DPR mempercayakan posisi ketua DPR pada Ceu Popong. Toh beliau sudah berpengalaman dalam memimpin DPR, dapat mematikan langkah para oposan di DPR dan juga merupakan anggota tertua di kawasan Senayan. Apalagi Ceu Popong satu partai dengan Setnov, oleh karena itu, mari kita dukung Ceu Popong jadi ketua DPR yang baru, sebagai oase ditengah dahaga feminisme, karena semua ketua DPR saat ini adalah pejantan tangguh, mudah-mudahan kehadiran Ceu Popong dapat menetralisirnya.

Mari kita teruskan parodi lawak dari kawasan Senayan. Karena parodi lawakan mereka sekarang ini lebih lucu daripada parodi Srimulat yang semakin punah dan OVJ yang sudah bubar. Tradisi lawakan dari Senayan hendaknya jangan pernah berlalu, biarkan awet sepanjang zaman berdirinya republik ini.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun