Mohon tunggu...
pasti.golput
pasti.golput Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tessy Sang "Ksatria" Versus Media dan Manusia-Manusia Hipokrit di Indonesia

31 Oktober 2014   21:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:01 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah salah seorang penggemar Tessy [a.k.a Kabul Basuki] dan Srimulat. Dan ketika membaca berita online kemarin ketika beliau ditangkap polisi saya merasa sedih. Sedih karena Tessy melakukan perbuatan yang melanggar undang-undang, yaitu menggunakan zat terlarang.

Meskipun tindakan Tessy tidak terpuji, tetapi saya TETAP MEMUJI REAKSI TESSY ketika ditangkap. Memang bunuh diri adalah tindakan yang salah, karena jika dihubungkan pada norma agama dimana semua agama melarang bunuh diri, tetapi sekali lagi SAYA TETAP MEMUJI REAKSI TESSY. Mengapa Tessy berani mengambil tindakan itu? Apakah tindakannya itu konyol? Sekali lagi, sebelum anda mem-bully Tessy, saya yakin 100% anda tidak akan seberani Tessy dalam mengambil sikap. Tessy melakukan percobaan membunuh dirinya karena dia merasa malu, tekanan atas sikap media yang akan menghajarnya habis-habisan membuat Tessy merasa bahwa satu-satunya jalan keluar adalah bunuh diri sebagai reaksi kesadarannya bahwa dia telah bersalah dan merasa malu. Rasa malu seperti inilah yang tidak kita miliki.

Rasa malu bangsa Jepang yang paling menonjol di bumi ini. Jika mereka ketauan bersalah mereka bersikap ksatria melakukan harakiri sebagai satu-satunya jalan keluar untuk menutupi aib tersebut. Lalu kita rame-rame mem-bully Tessy, koq dia bisa begono-begini, sekarang tanya diri anda sendiri, anda merasa malu tidak menerobos lampu merah, membawa kendaraan berlawan arah, nabrak kendaraan lain tapi ngacir, nyuri duit proyek tapi sok sukses, nyogok polisi dan instansi pemerintah tapi sok suci dan sebagainya.

Saya pribadi sangat mengagumi keberanian Tessy, saya sendiri tidak merasa seberani beliau jika dalam posisi seperti itu. Paling banter saya senyum-senyum saja, lalu melambaikan tangan sambil sedikit berteriak, pengacara saya akan berbicara pada anda semua, doakan saya. Tindakan-tindakan ini yang sering kita lihat di negeri ini, sudah diputus bersalah masih ngoceh sana-sini, masih membela diri membabi hutan, bahkan masih ada yang melaksanakan muktamar dengan diliput media secara besar-besaran. Lihat apa yang salah dengan kita, Tessy telah mengakui bersalah dan mencoba mengambil jalan untuk menunjukkan sikap ksatrianya. Lalu anda masih mem-bully-nya, saya rasa otak anda perlu direprogram kembali.

Dan yang paling membuat saya jijik dengan salah satu media (TV Oon) yang memperlihatkan masa-masa Tessy ditangkap, melihat dia menangis dan meronta-ronta dalam penyesalannya, dia merasakan aibnya. Coba media itu bertanya pada dirinya, bukankah media itu yang hampir membelah negara ini ketika menyiarkan hitung cepat versi pemiliknya? Setelah tidak terbukti dimana rasa malu dan penyesalannya? Media itu selalu merasa berbeda, yang penting menyebarkan aib orang lain, aibnya sendiri tidak diakui, coba tanya kenapa? Karna saya masih di Indonesia, dan di negara ini sangat banyak media dan manusia-manusia hipokrit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun