Mas Gie mengangguk lagi.Â
Aku melihat anggukan lebih kuat dan sinar keberanian terpancar dari sorot matanya. Aku yakin, Mas Gie akan memilih pulang ke desa bersamaku. Bergumul kembali dengan semilir angin sawah dan derai tawa para petani.
Hujan pun tumpah. Aku bergeming gembira. Lalu aku merentangkan tangan dan Mas Gie menarik lenganku. Kami berlari-lari kecil, berputar-putar, sesekali mendongakkan wajah.Â
Bukan kali ini saja kami bersenda di atas rumput yang kuyup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!