Dengan lekas aku melangkah. Tiba-tiba Wonijai, adik Kaijai, muncul secepat kilat dan menghadang langkahku. Aku menatap tajam wajahnya yang pucat. Jantungku berdebar keras.
"Kaka tewas!" Â ucap Wonijai dengan bibir masih bergetar.
"Di mana?" tanyaku tak berdaya. Payung dan bunga anggrek lepas dari tanganku.Â
"Di kebun sawit!"
Lalu pandanganku gelap gulita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!