Mohon tunggu...
Pasqualle Deo Utomo
Pasqualle Deo Utomo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kolese Kanisius

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberagaman Sebagai Titik Temu

17 November 2024   21:16 Diperbarui: 18 November 2024   14:17 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kegiatan ini, dialog lintas agama menjadi salah satu pilar utama. Kak Matteo, Banthe Kamsai, dan Mbak Inayah Wahid memberikan perspektif baru tentang toleransi. Saya terinspirasi oleh pandangan mereka bahwa keberagaman adalah ruang untuk saling melengkapi, bukan berlomba siapa yang lebih unggul. Dari dialog ini, saya menyadari bahwa hidup bersama dalam keberagaman membutuhkan keberanian untuk mendengarkan dan belajar.  

Pentingnya Ruang Perjumpaan

Ruang-ruang seperti ekskursi lintas agama ini menjadi sangat penting untuk membangun konektivitas sosial. Sebuah laporan UNESCO menunjukkan bahwa interaksi lintas budaya dapat mengurangi stereotip dan meningkatkan rasa saling percaya. Dalam konteks Indonesia, pendidikan yang inklusif dan pengalaman langsung seperti ini adalah investasi penting untuk menjaga keberagaman sebagai kekuatan, bukan sumber konflik.  

Usai mengajar Mufradat/Vocabulary bahasa Inggris & Arab kepada para santri kelas 11 (dok. Bapak Henrikus Suparjono)
Usai mengajar Mufradat/Vocabulary bahasa Inggris & Arab kepada para santri kelas 11 (dok. Bapak Henrikus Suparjono)

Saat mengajarkan kosakata bahasa Inggris dan Arab kepada para santri, saya melihat semangat mereka yang luar biasa. Meskipun ada keterbatasan, mereka berusaha keras untuk belajar. Saya merasa bahwa proses belajar-mengajar ini tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga mempererat hubungan kami. Keberagaman yang ada menjadi kekuatan untuk saling melengkapi, bukan memisahkan.  
Dialog lintas agama yang kami ikuti bersama Kak Matteo, Banthe Kamsai, dan Mbak Inayah Wahid menjadi salah satu contoh bagaimana ruang perjumpaan bisa menjadi fondasi. Dengan mendengarkan perspektif mereka, kami belajar untuk mengapresiasi keberagaman sebagai karunia, bukan ancaman. Semakin banyak ruang seperti ini yang diciptakan, semakin kuat fondasi persatuan bangsa ini.  

Menguatkan Keberagaman Melalui Perjumpaan

Keberagaman Indonesia telah lama menjadi identitas yang memperkaya bangsa ini. Namun, menjaga keberagaman tidaklah mudah. Dalam bukunya Imagined Communities, Benedict Anderson menekankan pentingnya "komunitas terbayang" yang dibangun melalui rasa persaudaraan lintas batas geografis, budaya, dan agama. Hal ini hanya dapat terwujud jika ada ruang-ruang perjumpaan yang memungkinkan masyarakat dari latar belakang berbeda untuk saling mengenal dan memahami.

Sebagai pelajar, kami mencoba menghadirkan konsep ini melalui ekskursi lintas agama. Dialog, interaksi, dan kerja sama menjadi kunci untuk menghapus prasangka dan membangun persatuan. Pandangan ini sejalan dengan pemikiran Mahatma Gandhi, yang mengatakan, "Persatuan untuk menjadi nyata harus tahan terhadap tekanan terberat tanpa putus." Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk terus membuka ruang dialog lintas budaya, seperti yang kami alami di Pondok Pesantren Muhammadiyah Amanah.


Membangun Harmoni

Keberagaman adalah anugerah yang memperkaya kehidupan bangsa. Mengelola keberagaman dan menciptakan harmoni di tengah perbedaan adalah cita-cita luhur yang telah tertanam dalam Pancasila, ideologi yang diwariskan oleh para pendiri bangsa. Namun, harmonisasi ini tidak akan terwujud tanpa peran aktif generasi muda yang terlibat dalam ruang-ruang perjumpaan yang bermakna. Teknologi yang seharusnya menjadi alat pemersatu justru seringkali menciptakan jarak fisik dan emosional di antara kita.  

Pendidikan menjadi salah satu kunci dalam membangun toleransi dan harmoni. Menyiapkan generasi kami untuk terlibat dalam pertemuan lintas budaya yang bermakna adalah tantangan yang harus dihadapi oleh sistem pendidikan kita. Pengalaman seperti ekskursi lintas agama, di mana kami dapat belajar langsung dari interaksi dengan komunitas berbeda, merupakan langkah konkret yang menunjukkan bagaimana perbedaan dapat menjadi kekuatan.

Namun, hal ini membutuhkan keberanian, baik dari generasi muda untuk keluar dari zona nyaman. Pertanyaan pentingnya adalah, apakah kita semua siap menjadikan perbedaan sebagai alat pemersatu, bukan pemisah? Jika ya, maka harmoni yang dicita-citakan bukan lagi hanya impian, tetapi menjadi bagian nyata dari kehidupan kita sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun