Mohon tunggu...
Tomy Tamba
Tomy Tamba Mohon Tunggu... -

Ilmu Komunikasi FISIP USU\r\nPublic Relations - In Team Publisher

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Esperanto?

30 Mei 2014   23:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:55 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa negara mana? Bahasa Spanyol ya? Pertanyaan itulah yang pertama kali muncul saat teman saya Reza Pahlevi menuturkan bahasa Esperanto. Jangan tanya negara mana atau dikawasan mana bahasa ini digunakan, bahasa Esperanto adalah bahasa artifisial atau bahasa buatan. Nah, pencipta bahasa ini adalah seorang Polandia bernama Dr. Ludwig Lazarus Zamenhof (1851-1917), dokter asal Warsawa, Polandia, pada tahun 1887. Pada masa mudanya di Warsawa, Polandia, Zamenhof tinggal dilingkungan yang multietnis dan itu artinya banyak bahasa yang digunakan dilingkungannya. Akibatnya sering terjadi pertikaian antara etnis karena komunikasi yang kurang efektif. Akhirnya Zamenhof memutuskan untuk  menciptakan sebuah bahasa yang mudah dipelajari. Tujuannya untuk menghentikan pertikaian yang terjadi karena masalah bahasa dan membuat satu bahasa netral, bahasa yang tidak dimiliki oleh negara atau etnis tertentu tapi milik semua orang, untuk menjadi bahasa internasional pada nantinya.

Bahasa Esperanto sebagai bahasa artifisial, tentu saja tidak muncul dari dinamika sebuah bangsa dan budaya tertentu. Bahasa Esperanto bukan merupakan bahasa ibu siapapun di dunia ini, maka bahasa tersebut dianggap milik yang setara bagi semua orang, tapi pembelajaran bahasa Esperanto akan lebih mudah jika pembelajar menguasai dengan baik bahasa Inggris, Jerman, Prancis, karena kosakata bahasa Esperanto ada sedikit kemiripan dengan kosakata bahasa-bahasa tersebut.

Bahasa Esperanto ini dianggap jauh lebih mudah dipelajari daripada bahasa Inggris, tata bahasanya pun sangat mudah. Ada dua juta penutur bahasa esperanto di seluruh dunia dan terus berkembang. Bahkan bahasa ini dianggap bahasa gaul dunia. Tertarik? Ternyata di Medan terdapat komunitas pengguna bahasa ini.

“Sudah dua tahun lebih komunitas ini berdiri, namanya Aurora Mofado, dua kali sebulan kita rutin berkumpul untuk belajar bersama. Aurora Mofado berdiri dibawah Indonezio Esperanto Asocio, perkumpulan pengguna bahasa Esperanto di Indonesia.” Kata Reza Pahlevi, yang saat ini menjabat sebagai ketua Divisi Edukasi di Indonezio Esperanto Asocio.

Reza Pahlevi atau yang biasa disapa Reza mengaku belajar bahasa ini sejak tahun 2010, berawal dari kebiasaannya surffing internet Reza menemukan artikel yang mengenalkannya bahasa Esperanto. Tertarik dengan bahasa ini akhirnya dia mulai mempelajarinya dari internet dengan teman-temannya yang dia kenal melalui Internet.

”Bahasanya mudah dipelajari, mulai belajar itu dengan cara chatting via skype ataupun facebook, teman-teman yang ngajarin ada yang dari luar negeri ataupun orang Indonesia. Jadi selain belajar Esperanto bisa nambah teman juga,” katanya pada In-Team Publisher.

Reza sendiri diundang untuk menghadiri kongres Bahasa Esperanto di Tokyo, Jepang, mewakili Indonezio Esperanto Asocio.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun