Dan aku pun tak bisa menahan air mataku. Aku menangis dalam hening. Hanya aku dan Tuhan-ku.
Jam di dinding menunjuk pada angka 1. Aku lihat Mama terbangun, tidak bisa tidur katanya. Aku dekati dia, menawarkannya minum, menanyakan rasa yang dirasakannya.
Aku tanya padanya, "Mama udah doa belum?"
"Belum," jawab Mama.
Kemudian aku katanya padanya, aku punya bacaan Injil yang  bagus. Sebelum aku ajak Mama berdoa, aku bacakan kutipan Injil yang sudah kubaca.
Aku mampu membacakan Injil itu tanpa setetes air mata jatuh. Padahal hatiku menangis dan meratap. Aku yakinkan pada Mama bahwa Yesus mampu menyembuhkan sakit apapun, Mama harus harus bisa, harus semangat dan yakin bisa sembuh. Lalu aku ajak Mama berdoa. Untaian doa yang sesungguhnya, untaian doaku, doa Mama, doa dari hati kami.Â
Tuhan Yesus berikan kesembuhan untuk Mama dan berikan kekuatan serta keyakinan untuk Mama jika dia pasti sembuh.
Tuhan Yesus berikan kami kekuatan untuk senantiasa mendukung Mama dan menjadi kaki serta tangan untuk Mama di masa penyembuhannya.
Tuhan Yesus Mukjizat-Mu adalah harapan terbesar kami.
Amin Amin Amin Amin Amin
Depok, 6 Maret 2021
Pukul 1.30Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H