Tangerang, 04 November 2016
Kepada Yth,
Bapak DR Susilo Bambang Yudoyono
Presiden ke enam Republik Indonesia
Di Cikeas
Pada hari Rabu, saya menonton berita pada salah satu televisi swasta yang ada.
Pada saat saya membuka saluran TB, kemudian saya mendengar pembawa berita sedang menyampaikan prolog berita tentang pidato Bapak mengenai AKSI DEMO tanggal 4 November 2016 yad. Saya tertarik mendengarkannya, karena jarang-jarang Bapak muncul dan tentunya kemunculan Bapak untuk sesuatu yang penting yang akan Bapak sampaikan.
Saya mengagumi Bapak karena saya berpendapat Bapak selain sebagai seorang pemimpin pemerintahan diperiode itu, tetapi sekaligus memiliki talenta sebagai penghibur rakyat dengan suara emas Bapak.
Oleh karena itu saya berkeyakinan sekali bahwa Bapak adalah seorang yang berpendidikan doctoral dan berjiwa negarawan sampai kapanpun.
Singkat kata berita bapak muncul, dengan menyampaikan pesan-pesan penting.
Yang menarik bagi saya adalah sepertinya penyampaian hal-hal penting yang Bapak maksudkan tersebut tersirat dari nada dan mimik wajah Bapak tidak seperti biasanya yang mana Bapak penuh dengan senyum ke bapakan sehingga banyak ibu-ibu yang mengatakan Bapak ganteng.
Tapi bagi saya apapun yang tersirat dari pesan-pesan Bapak tersebut tidak menjadi bahan perhatian saya.
Namun pada saat Bapak mengatakan kalimat (dipetik) “ sampai lebaran kuda dstnya,.. saat itulah saya terusik dengan pernyataan Bapak tersebut, karena saya menganggap profesionalitas Bapak sebagai orang yang berpendidikan DOKTORAL, dan seorang negarawan yang dihormati banyak orang, telah dua kali menurut sepengetahuan saya melanggar tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar antara lain :
- Pada saat Bapak pernah mengucapkan besaran persentase untuk meyakinkan rakyat dengan menggunakan kata seribu (1000) persen pada hal dalam ilmu matematika apapun besaran persentase hanya ada seratus (100) persen yang dapat diartikan “pasti” atau dapat berarti sempurna.
- Lebaran kuda, pada kalender apapun tidak mengenal “ lebaran kuda “ yang pada awalnya saya berpikir Bapak sedang guyon atau sedang menyampaikan lirik lagu yang terkadang memang aneh tapi dapat diterima oleh masyarakat karena kata atau kalimat tersebut adalah hanya sebuah lirik lagu seperti “ semangka berdaun siri”
Namun untuk hal kata-kata “ lebaran kuda tersebut, rasanya sangatlah kurang elok bilamana seorang yang berpendidikan DOKTORAL dan seorang negarawan sekaliber Bapak menciptakan atau menggunakan sesuatu kata ataupun kalimat-kalimat yant tidak pernah ada atau tidak lazim, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda, apalagi televisi tersebut ditonton jutaan rakyat Indonesia, dan mungkin juga ditonton oleh perwakilan perwakilan Negara lain.
Andaikan anak-anak usia sekolah dasar yang mendengar dapat saja mereka bertanya lebaran kuda tersebut apa dan kapan diadakannya ? dan kenapa tidak pernah ada yang merayakannya, atau apakah yang merayakan lebaran tersebut hewan yang bernama KUDA ?
Padahal yang merayakan lebaran sudah pasti manusia dan bukan hewan., sehingga saya selaku rakyat yang mencintai Indonesia (NKRI) merasa terpanggil untuk menghimbau kepada Bapak selaku seorang berpendidikan Doktoral dan Negarawan, agar “ STOP “ menggunakan istilah-istilah yang sangat tidak lazim atau yang tidak mungkin ada, yang cenderung menjadi pembodohan dan marilah Bapak Susilo Bambang Yudoyono kita mencintai dengan menggunakan tatanan kosakata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Demikianlah surat dari saya, semoga Bapak selalu diberikan kesehatan
Wassalam.
Paskalina Alwidin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H