Mohon tunggu...
Inovasi

Merayakan Hari Lebaran Kuda

4 November 2016   09:34 Diperbarui: 4 November 2016   09:52 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi bagi saya apapun yang tersirat dari pesan-pesan Bapak tersebut tidak menjadi bahan perhatian saya.

Namun pada saat Bapak mengatakan kalimat (dipetik) “ sampai lebaran kuda dstnya,.. saat itulah saya terusik dengan pernyataan Bapak tersebut, karena saya menganggap profesionalitas Bapak sebagai orang yang berpendidikan DOKTORAL, dan seorang negarawan yang dihormati banyak orang, telah dua kali menurut sepengetahuan saya melanggar tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar antara lain :

  • Pada saat Bapak pernah mengucapkan besaran persentase untuk meyakinkan rakyat dengan menggunakan kata seribu (1000) persen pada hal dalam ilmu matematika apapun besaran persentase hanya ada seratus (100) persen yang dapat diartikan “pasti” atau dapat berarti sempurna.
  • Lebaran kuda, pada kalender apapun tidak mengenal “ lebaran kuda “ yang pada awalnya saya berpikir Bapak sedang guyon atau sedang menyampaikan lirik lagu yang terkadang memang aneh tapi dapat diterima oleh masyarakat karena kata atau kalimat tersebut adalah hanya sebuah lirik lagu seperti “ semangka berdaun siri”

Namun untuk hal kata-kata “ lebaran kuda tersebut, rasanya sangatlah kurang elok bilamana seorang yang berpendidikan DOKTORAL dan seorang negarawan sekaliber Bapak menciptakan atau menggunakan sesuatu kata ataupun kalimat-kalimat yant tidak pernah ada atau tidak lazim, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda, apalagi televisi tersebut ditonton jutaan rakyat Indonesia, dan mungkin juga ditonton oleh perwakilan perwakilan Negara lain.

Andaikan anak-anak usia sekolah dasar yang mendengar dapat saja mereka bertanya lebaran kuda tersebut apa dan kapan diadakannya ? dan kenapa tidak pernah ada yang merayakannya, atau apakah yang merayakan lebaran tersebut hewan yang bernama KUDA ?

Padahal yang merayakan lebaran sudah pasti manusia dan bukan hewan., sehingga saya selaku rakyat yang mencintai Indonesia (NKRI) merasa terpanggil untuk menghimbau kepada Bapak selaku seorang berpendidikan Doktoral dan Negarawan, agar “ STOP “ menggunakan istilah-istilah yang sangat tidak lazim atau yang tidak mungkin ada,   yang cenderung menjadi pembodohan dan marilah Bapak Susilo Bambang Yudoyono kita mencintai dengan menggunakan tatanan kosakata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Demikianlah surat dari saya, semoga Bapak selalu diberikan kesehatan

Wassalam.

Paskalina Alwidin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun