ABSTRAK
Perpindahan dari sekolah ke perguruan tinggi atau universitas akan menjadi pengalaman baru dan menarik bagi anak muda yang beru lulus SMA. Banyak calon mahasiswa yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya jauh dari orang tua dengan pemikiran agar sedikit atau lebih bebas. Tetapi sebagian dari mereka, lupa bahwa rasa rindu kampung halaman yang mendalam dapat membuat perpindahan ini menjadi sulit. Mereka belum mengetahui bagaimana rindu rumah dan ingin pulang tetapi keadaan tidak memungkinkan untuk pulang, mereka tidak tahu rasanya rindu keluarga, dan hidup jauh dari keluarga. Homesickness merupakan stress yang dialami seseorang karena adanya perpisahan dari tempat tinggalnya ke lingkungan yang baru. Homesickness juga dapat didefiniskan sebagai kesusahan atau gangguan yang disebabkan oleh perpisahan yang nyata atau yang sudah diantisipasi dari rumah. Homesickness dapat berdampak negatif bagi individu sehingga dibutuhkan pemberian dukungan sosial. Dampak dari kerinduan ini sangat mungkin bisa mempengaruhi kondisi pikiran dan hati, memicu kesehatan mental dan fisik, dan terkadang menyebabkan putus kuliah. Penderita biasanya menunjukkan depresi dan kecemasan, perilaku menarik diri, dan kesulitan fokus pada topik yang tidak berhubungan dengan rumah. Pencegahan yang bisa dilakukan bagi mahasiswa rantau yang rindu kampung halaman yaitu bisa berupa pengalaman pendidikan yang sehat, memuaskan, dan produktif.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak individu yang penting karena dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sebagai bekal untuk di masa depan. Generasi anak muda pasti akan melakukan berbagai cara dalam mengejar ilmu dan impiannya dan rela pergi jauh dan meninggalkan orang tua di kampung halaman. Namun ada banyak mahasiswa yang merasakan homesickness setelah jauh dari orang tua sehingga mereka tidak dapat mencapai hasil maksimal dalam belajarnya, dan mereka harus mampu untuk mengatur waktunya dengan baik agar aktifitasnya dapat berjalan dengan baik. Mahasiswa baru merupakan individu yang sedang berada di masa transisi dari masa remaja akhir menuju dewasa awal yang disbeut dengan masa emerging adulthood dimana di masa ini mereka masih sangat aktif bereksplorasi di kehidupannya baik mengeksplorasi cinta, pendidikan, dan pekerjaan. Menurut Arnett (2012: 10), ketika individu memasuki masa transisi dari SMA ke perkuliahan, maka individu tersebut dapat dikatakan memasuki masa emerging adulthood dengan rentang usia dari 18-25 tahun. Mereka yang memasuki masa emerging adulthood (dalam Santrock, 2014: 422) memiliki karakteristik seperti suka bereksperimen, mencari identitas diri yang sebenarnya, dan mengikuti gaya hidup yang mereka inginkan. Masa emerging adulthood merupakan masa dimana individu memiliki kesempatan untuk membuat perubahan dalam hidupnya. Tetapi mereka tidak memikirkan masalah-masalah apa yang nantinya akan mereka hadapi dengan sendiri. Salah satunya adalah homesickness. Menurut Eurelings Bontekoe, Vingerhoets & Fontjin homesickness merupakan reaksi meninggalkan lingkungan lama disertai dengan perenungan tentang keakraban dengan lingkungan lama, serta kerinduan yang amat kuat untuk kembali ke lingkungan lama. Stress ini akan mengakibatkan gangguan kecemasan, gangguan mood, gangguan penyesuaian, gangguan emosional, sulitnya konsentrasi, kesepian, gejala fisik, adaptasi sosial, prestasi akademi, hingga depresi.. Menurut Mudhovizi (2012) permasalahan dalam hal tersebut umumnya terjadi karena hilangnya keterikatan dengan keluarga, perbedaan kondisi budaya, ketakutan akan kegagalan, dan hubungan sosial. Jika gagal dalam proses penyesuaian maka mahasiswa rantau akan cenderung mengalami konflik, stres, dan kesulitan dalam hal akademik (Gunarta, 2015). Fisher (2017) mengungkapkan bahwa pada konteks pelajar, homesickness umumnya dialami oleh pelajar tingkat pertama yang harus menghadapi transisi lingkungan baru, namun juga bisa terjadi pada pelajar di tingkat yang lebih tinggi karena homesickness dapat terjadi secara berkelanjutan, bukan hanya periodik, serta faktor yang memicunya bisa berbeda antar setiap individu.
ISI
DEFINISI HOMESICKNESS
Menurut KBBI homesickness atau homesick artinya rindu, hendak pulang kampung. Homesickness didefiniskan sebagai suatu keadaan distress yang disebabkan karena individu berpisah dari tempat tinggalnya serta juga merupakan suatu emosi negatif yang disebabkan oleh perpisahan dari keterikatan dengan rumah, yang ditandai dengan sulitnya beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki kerinduan terhadap kegiatan serta suasana rumah. Homesickness dapat dialami oleh siapa saja dan tidak mengenal siapa orang itu. Homesickness adalah perasaan ingin kembali ke lingkungan asal. Homesickness menurut para ahli adalah suatu keadaan Dimana seseorang merasakan perasaan sedih dan menderita ketika teringat dengan rumah dan lingkungan yang ditinggali sebelumnya.
Â
DEFINISI MAHASISWA RANTAU
Menurut Halim dan Dariyo (2016) dalam Wandika (2022), mahasiswa rantau adalah orang yang menempuh pendidikan tinggi di luar kampung halamannya, sehingga harus tinggal di luar daerah dalam jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan pendidikan. Mahasiswa dikatakan merantau saat mereka pergi ke kota, provinsi atau daerah lain yang bertujuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Gunandar dan Utami, 2017). Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa rantau adalah seseorang yang pergi ke luar negeri atau daerah lain untuk belajar dan mencari ilmu di tingkat perguruan tinggi dengan kurun waktu studi umumnya 3-6 tahun. Transisi dari sekolah menengah atas menuju lingkup perkuliahan seringkali dianggap sebagai suatu tekanan yang dapat mengakibatkan homesickness karena adanya perubahan lingkungan meliputi perpisahan dengan orang tua, tuntutan hidup mandiri, serta penyesuaian diri dengan teman baru.
GEJALA HOMESICKNESS
Setiap individu pastinya mengalami gejala yang berbeda-beda, ada yang murni dari psikologis ada juga yang bersifat fisiologi. Gejala psikologis meliputi :
Gelisah, suatu kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan tubuh dan pikiran untuk beristirahat, rileks, atau berkonsentrasi yang kemungkinan disebabkan oleh disorientasi dan ketakutan. Rasa gelisah ini biasanya diekspresikan dengan Gerakan tubuh seperti tangan atau kaki yang terus menerus bergerak
Kecemasan, menggambarkan gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa cemas yang muncul secara seringa tau berlebihan bisa jadi tanda gangguan kecemasan. Rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-harii dan menjalani kegiatan produktif
Perubahan suasana hati, hal ini dapat dilihat dari perubahan raut wajah, cara bebricara, serta sikap atau perilaku yang ditunjukkan.
Malas dalam beraktivitas. Malas adalah kondisi seseorang ketika menghindari ekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan dengan potensi dan energi yang dimiliki. Hal ini dapat berdampak menjadi kurangnya kecakapan dalam mengatur waktu dan kurangnya disiplin diri.
DAMPAK HOMESICKNESS
Terhadap kesehatan mental dan fisik.
Gejala yang mungkin timbul akibat homesickness diantaranya perubahan suasana hati, gelisah, rendah diri, kesepian, gugup, dan kurang mengendalikan diri. Menurut Watt dan Badger dalam Duven (2018) individu yang mengalami homesickness cenderung sering seperti menangis, dapat menjadi apatis, lesu, dan dalam keadaan parah dapat memicu pikiran untuk bunuh diri. Respon somatic yang sering timbul akibat homesickness juga dapat berupa sakit perut, kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, dan sakit kepala.
Stress
Mahasiswa rantau tahun pertama pasti harus mampu mengatur hidupnya sendiri, terbiasa jauh dari orang tua, menyesuaikan diri dengna teman dan kegiatan baru, serta menghadapi perubahan budaya asal dengan budaya tempat tinggal baru. Kegagalan individu dalam melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan terjadinya gangguan psikologis berupa stress. Stress ini dapat menimbulkan depresi dan melemahnya kekebalan tubuh yang dicirikan dengan berkurangnya dimensi kebahagiaan yang disebabkan oleh keterpisahan yang nyata dengan lingkungan rumah, serta menyebabkan perubahan suasana hati dan kecemasan karena berpisah dari rumah
Terhadap akademik
Mahasiswa yang mengalami homesickness cenderung malas belajar dan kurang konsentrasi, ketidakhadiran yang tinggi, dan rentan mengalami dropout.
Terhadap pola makan
Salah satu penyebab homesickness yaitu stress dapat menyebabkan hipotalamus mengeluarkan Corticotropin Releasing Hormon (CRH), kortisol, dan glukokortikoid yang mempengaruhi nafsu makan, rasa kenyang, dan lapar (Sominsky et al., 2014 dalam Fitriana, Dardjito dan Putri, 2022). Kondisi tersebut dapat mneyebabkan emotional eating yaitu respon diri terhadap emosi negatif dengan cara konsumsi makanan untuk mengatasi emosi negatif tersebut dan pada kondisi ini individu biasanya mnegonsumsi makanan tinggi gula dan lemak. Pola makan yang tidak teratur ini membuat lambung sulit beradaptasi dan jika berlangsung lama produksi asam lambung akan berlebih sehingga mengiritasi dinding mukosa yang dapat mengakibatkan gastritis (Uwa, Milwati dan Sulasmini, 2019). Yang nantinya dapat mempengaruhi berat badan dan kesehatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HOMESICKNESS
Jarak yang jauh antara rumah dan perguruan tinggi, yang sekaligus menjadi tempat tinggal baru
Kondisi tempat baru yang jauh berbeda dari yang lama
Beban atau tuntutan yang berat dari kampus
Perubahan gaya hidup atau rutinitas harian
KESIMPULAN
Perpindahan dari sekolah ke perguruan tinggi atau universitas merupakan pengalaman baru bagi banyak anak muda, tetapi bagi sebagian dari mereka, rasa rindu terhadap kampung halaman dapat membuat peralihan ini sulit. Homesickness, atau kerinduan akan rumah, dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mahasiswa, termasuk depresi, kecemasan, dan bahkan dapat menyebabkan putus kuliah. Gejala homesickness dapat meliputi kegelisahan, kecemasan, perubahan suasana hati, dan kurangnya motivasi untuk beraktivitas. Pencegahan terhadap homesickness termasuk pengalaman pendidikan yang sehat, memuaskan, dan produktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi homesickness antara lain jarak yang jauh dari rumah, perubahan lingkungan yang signifikan, beban akademik yang berat, dan perubahan gaya hidup. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan sosial dan strategi penyesuaian yang baik untuk membantu mahasiswa mengatasi homesickness dan menikmati pengalaman perguruan tinggi dengan baik.