hai mentari.. tak perlu kau iri jika aku akrab dengan rembulan, aku hanya bercengkrama dengan pekatnya, tidak melupakanmu
aku tetap setia meski serapuh apapun tangkaimu, aku tetap ingin memelukmu, sampai aku layu sebagai daun peneduhmu
lihat uratku.. aku masih milikmu, dan aku masih daun mu meski aku sedikit keriput, jadi jangan jatuhkan aku
mungkin aku bukan daun mu, hingga kau campakkan aku seperti benalu, yg hidup tanpa pelukmu
atau mungkin karena angkuhmu, hingga bianglala hempaskan aku dan samar di biasmu, antara daun atau kerikil sebagai racunmu
aku yang layu sebagai daun mu ataukah kau yang tidak mau memepertahankan dan menjatuhkan aku sebagai peneduhmu
masih tentang daun yang rindu akan makna, dimana pucuk bersenda lahirkan putik baru, maka aku akan layu
Aku tak berpikir untuk jadi selembar daun , jika kau serupa ulat yg menggigit dan menghancurkanku dg senyum palsumu
Kadang aku harus menerjang ombak, untuk sekedar bertahan hidup, meski harus berlayar dengan selembar daun
Kau di lahirkan seperti musik, menciptakan banyak harmoni, itulah kenapa hatiku selalu berdendang jika dekatmu
Aku melayang seperti daun di ranting patah, dan aku tak tahu cintaku untuk siapa, sampai tanganmu menadah