Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana teorinya, tapi selama perjalanan hidup aku banyak menyaksikan itulah kenyataannya bahwa manusia terlahir untuk hebat sesuai batas kemampuannya , kita dilahirkan dalam keadaan telanjang, bebas berteriak, bebas menangis, bebas meronta dan semua manusia hampir sama terlahir seperti itu, hanya mungkin cara perawatan dan pemeliharan orang tua yang berbeda, cara pandang, kemampuan finansial, kesibukan membuat para orang tua berbeda pandang tentang cara penyampaian kasih sayang. menginjak usia remaja kita mulai di batasi oleh peraturan- peraturan yang tentu saja hal ini harus di terima setiap manusia dengan caranya sendiri- sendiri, dan setiap manusia setelah menginjak usia remaja mulai di rasuki keinginan- keinginan yang di sebut cita-cita, terlepas dari apapun cita-cita itu, mereka mulai dikatakan hebat sesuai batas kemampuan berpikirnya, ada anak yang merasa mampu memimpin mulai berpikir untuk jadi presiden, ada anak yang merasa kuat dia berpikir ingin jadi petinju, yang merasa cerdas mulai berpikir menjadi dokter, dan semua manusia yang mulai memikirkan keinginannya aku yakin dia hebat sesuai batas kemampuannya.
Aku adalah seorang perawat yang bekerja di sebuah puskesmas desa , aku tinggal di sebuah kampung pedesaan yang masih di kelilingi hutan dan persawahan, aku memiliki tetangga laki-laki yang berprofesi sebagai Guru dan dia mengabdi sebagai pengajar di sebuah sekolah milik pemerintah, tapi sampai saat ini dia belum juga di angkat menjadi pegawai negri, inilah topik perdebatan kami.
suatu hari selepas isya kami mengobrol berdua tentang pekerjaan masing- masing, dari obrolan panjang mulai berubah menjadi perdebatan yang sangat sengit karena dia merasa mengapa seorang Guru seperti dia yang di hargai dan hebat dimata masyarakat belum juga mendapat penghargaan yang lebih dari pemerintah, dia merasa tidak di perhatikan padahal dia sudah sangat merasa hebat karena mampu mencetak berbagai gelar untuk para murid-muridnya, akupun mulai mendebat dengan menceritakan kehebatanku karena bisa membantu setiap masyarakat yang membutuhkan perawatanku saat sedang sakit, tapi dia mendebat dengan sengitnya bahwa pekerjaanku hanya sewaktu-waktu saja saat seseorang ada yang sakit, dia mengatakan seorang Guru mengabdikan ilmunya setiap hari, setiap saat dan itu membuatnya merasa lebih hebat dari pada aku, aku hanya diam karena aku tahu tidak ada paling lebih hebat di dunia ini selain sang Pencipta, karena perdebatan tidak berujung, kami memutuskan mengakhiri perbincangan jam 11 malam dan kamipun pulang kerumah masing-masing.
waktu menunjukan pukul 03:00 tiba-tiba pintu rumahku di ketuk seseorang yang dari suaranya aku tahu kalau itu istri dari tetanggaku yang berdebat selepas isya tadi, dari istrinya aku tahu kalau Guru yang tadi berdebat denganku sekarang merintih kesakitan, akupun keluar untuk memberikan bantuan semampunya, saat masuk ruang tamu dia meringis sambil memegang kepalanya yang menurut dia sakit sekali sehingga tidak bisa tidur, melihat hal itu aku pulang untuk mengambil obat analgetik penghilang sakit, beberapa menit setelah dia minum obat pemberianku dia tertawa dia mengatakan kalau sakitnya langsung hilang dan sambil malu -malu dia berkata kalau aku lebih hebat dari dia dan saat itu pula aku menyahut yang lebih hebat adalah orang yang meracik obat ini, kataku , saat itu juga kami sama- sama tertawa.
Pagi-pagi sekali lapangan kampungku ramai dikunjungi orang dari kabar yang ku dengar mereka hendak menyambut seorang pemburu hebat yang berhasil menangkap seekor harimau yang sangat menggangu di kampung ku, pagi itu semua aparat desa berkumpul termasuk aku ingin menyaksikan seberapa hebat pemburu itu sehingga di elu-elukan masyarakat kampung. tiba-tiba muncullah iring-iringan orang yang sedang mengotong seekor harimau yang sangat besar, dan hebatnya lagi harimau itu ditangkap dalam keadaan hidup, dan wargapun memberikan sorak-sorai yang sangat meriah, aparat desapun memberikan penghargaan sebagai bentuk terima kasih pada pemburu itu, mereka semua menyalaminya dengan perasaan bangga terhadap si pemburu, tapi ditengah kerumunan tiba-tiba berteriak seseorang dengan lantangnya , ternyata yang berteriak adalah seorang tukang minyak yang sangat di kenal oleh warga di kampungku, tukang minyak itu berkata bahwa pemburu itu tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan kehebatan dirinya, tentu saja teriakan tukang minyak itu memancing emosi para warga dan pemburu itu sendiri, hampir saja tukang minyak itu di hakimi oleh para warga sekitar untung saja tiba-tiba ada seseorang yang melerai keributan itu, ternyata Guru yang semalam berdebat denganku yang melerai keributan itu, tentu saja para warga yang hampir menghakimi itu urung melakukan niatnya karena mereka sangat hormat pada Guru itu, dengan kebijakannya sebagai seorang Guru dia menyarankan agar di adakan pertandingan adu kehebatan antara Pemburu dan Tukang minyak itu.. dan tentu saja Guru itu sudah merencanakan apa pertandingannya. sore hari itu juga di lapangan yang sudah di siapkan untuk bertanding adu kehebatan sudah banyak berkumpul para warga yang ingin menyaksikan pertandingan.
Dua buah botol yang berlubang sangat kecil dan dua buah gayung yang berukuran lumayan besar di siapkan, pemburu memegang gayung yang berisi minyak begitu juga tukang minyak memegang gayung yang berisi miyak juga, pemburu dan tukang minyak itu berdiri berhadapan dengan jarak sekitar dua meter, pertandingannya adalah memasukan minyak kedalam botol yang berlubang sangat kecil sambil berdiri tanpa menggunakan corong, barang siapa bisa memasukan minyak kedalam botol paling banyak dialah pemenangnya, tukang minyak tersenyum karena ini memang keahliannya dan mungkin sambil menutup matapun dia bisa memasukan minyak itu kedalam botol karena memang itu adalah pekerjaannya, sedangkan si pemburu itu hanya bisa diam karena dia tidak mampu memasukan banyak minyak kedalam botol itu, mungkin hanya beberapa tetes yang masuk tapi itupun hanya kebetulan saja. pemburu itu menyalami tukang minyak sebelum tukang minyak itu di nyatakan sebagai pemenang, merekapun berpelukan, mungkin mereka menyadari bahwa tidak ada yang lebih hebat diantara mereka.
Kisah diatas hanya contoh kecil bahwa pada dasarnya manusia di lahirkan untuk hebat sesuai batas kemampuannya masing masing, tidak ada yang lebih hebat diantara kita, karena semuanya yang hebat menurut kita belum tentu hebat dimata orang orang lain, begitupun sebaliknya , karena kehebatan adalah realita sebuah masalah yang pemecahannya sesuai dengan kemampuan seseorang memecahkan masalah tersebut, yang harus menjadi pertanyaan kita adalah masalahnya yang berat atau kita yang tidak punya kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H