Mohon tunggu...
sang cenderawasih
sang cenderawasih Mohon Tunggu... Freelancer - penulis di saat sepi

penikmat kopi, penyuka keindahan alam, pemusik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

S.U.A.R.A

30 September 2020   01:47 Diperbarui: 30 September 2020   01:49 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Itu suara terdengar lagi dari Pasifik
Itu suara dinyanyikan lagi di PBB.
Ada suara menjawab lagi itu suara
Ada suara terucap bagi itu suara.

Kita terdiam tatkala ada suara tangisan
Kita mati-rasa saat kekerasan disuarakan
Kadang hanya angin menemani suaranya korban
Kadang dalam doa kita lupa suarakan mereka

HAM, menjadi suara segelintir orang
HAM, barang mewah yang disuarakan saat pemilu
HAM, disuarakan mereka yang diberkati Sang Ilahi
HAM, Hak Asasi Manusia bukan Hanya Anda Manusia.

Kita layak mendengarkan suara hati
Sudahkah kita suarakan tangisan kemarin?
Suara kita harus jujur dihadapan Sang Ilahi
Kapankah suara itu bisa kita sudahi?

Suara itu mungkin terdengar lagi,
Jika suara kita masih apatis
Jangan terlambat suarakan solusi
Karena penyesalan suaranya di akhir

Jakarta, 29920
Marvin Irian "Sang Cenderawasih"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun