Mohon tunggu...
sang cenderawasih
sang cenderawasih Mohon Tunggu... Freelancer - penulis di saat sepi

penikmat kopi, penyuka keindahan alam, pemusik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menanti Sentuhan Negara dalam Rasialisme dan Stigmatisasi Rasial

16 Juni 2020   12:36 Diperbarui: 16 Juni 2020   12:56 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENANTI SENTUHAN NEGARA  DALAM RASIALISME DAN STIGMATISASI RASIAL

Oleh : Mervin S.Komber, Pendiri Pasific Studies, 

Sejarah perjuangan, pergerakan dan cita-cita luhur Bangsa Indonesia sampai pada kemerdekaan, tidak dapat dipisahkan dari konteks kebhinekaan bangsa. 

Segenap warga Bangsa, tak kenal suku, ras, agama semuanya bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada akhirnya, harmoni perbedaan menguatkan semangat nasionalisme dari segenap rakyat Indonesia. 

Para Pendiri Bangsa (Founding Fathers) telah meletakkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam kelima butir Pancasila sebagai Dasar Negara. Meski melewati berbagai dinamika dan diskursus kebangsaan, Pancasila yang digali dari keluhuran nilai-nilai dasar Indonesia menjadi pijakan dasar Negara, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin hikmat oleh kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Narasi kemerdekaan sebagai hak mutlak segenap warga bangsa, secara implisit memproklamirkan jati diri bangsa yang ber-bhineka, menjadi pedoman nilai dan prinsip hidup, serta konsistensi kebenaran sebagai suatu wujud keutamaan (virtue) universal imperatif yang mendasari kemanusiaan. 

Dengan kata lain, kebhinekaan adalah manifestasi kodrat manusia yang melekat dengan dimensi kemanusiaan itu sendiri. Sejatinya, kebhinekaan itu adalah anugerah. Bhineka Tunggal Ika menjadi simbol pengakuan beragamnya Indonesia namun tetap bersatu.  

Kodrat manusia sebagai wujud keutamaan universal imperatif, seharusnya (wajib) diimplementasi dalam interaksi horizontal dengan berbagai sendi kehidupan. Narasi berdemokrasi sebagai hak mutlak segenap warga bangsa, jangan lagi disandera oleh pemaknaan subjektif dan individualistik tentang kebhinekaan.

Pemaknaan-pemaknaan keliru dan sepihak terhadap eksistensi Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA), warna kulit, adat-istiadat, inilah yang menjadi titik awal klaim sekelompok orang yang merasa mayoritas terhadap sekelompok orang yang dirasa minoritas serta frasa pembeda identitas lainnya yang kerap ditabuh guna menekan pihak lainnya.

Narsisme versus Rasialisme

Menurut KBBI, rasialism /ra*si*a*lis*me/ 1 prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda; 2 paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul. Sedangkan narsisme /nar*sis*me/ 1 hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun