Terkadang menjadi bangkai di jalan raya dilindas roda bermesin bahkan sesekali menjadi target senapan angin.
Konon kabarnya sekarang, beberapa pedagang makanan mencampur dagangannya dengan daging tikus. Waktu itu pernah ditawari teman untuk mencoba bakso tikus.
Tikus Berkacamata, Cerdas Lagi Berani,
Kala itu saya bersetatus mahasiswa plus. Selain rajin dan aktif kuliah meski ip di bawah setandar, saya juga melibatkan diri di berbagai organisasi kemahasiswaan. Seperti mahasiswa lain yang aktif organisasi, demonstrasi dan kegiatan kemahasiswaan menjadi hidangan kaporit.
Bahasan di kampus maupun di kosan tidak lepas dari politik, tokoh, sosial masyarakat dibahas ala anak ingusan yang sedang kasmaran. Sungguh banyak doktrin berseliweran di kepala, terlalu banyak ideal-ideal yang tertanam di benak.
Salah seorang pemuda yang kerap menghiasi layar kaca menjadi obrolan di ruang tunggu kosan. Saya menduga dan berharap banyak bahwa Pemuda ini kelak bakal menjadi orang nomor satu berdasarkan ungkapan, pikiran-pikiran yang sering dilontarkan.
Seiring berjalannya roda, ternyata Pemuda tersebut memang menjadi nomor satu. Baik dalam keluarga, organisasi keagamaan, organisasi politik. Pemuda ini menjadi harapan banyak orang. Satu dua langkah lagi dia menjadi pribadi yang bisa "disembah".
Saat ini, Pemuda berkacamata sedang dirundung beban berat! Terindikasi, tersangka, terduga, pelaku, dalang dari banyak penyimpangan, pengingkaran.
Lalu muncul tanya di batin, Apa gerangan yang terjadi dengan pemuda ini? Banyak manusia yang kecewa, sedih atas kenyataan ini. Masihkah dia berani? Berani menyatakan kebenaran, fakta sesungguhnya? Sanggup mohon maaf atas khilaf dan keliru?
Tikus sungguh menyengsarakan banyak pihak! Adakah manfaatnya tikus dalam kehidupan manusia, Selain sebagai bagian dari mata rantai ekosistem?
Toraja, 22 Januari 2014 Di bawah pohon rindang nan sejuk halaman kampus SMK Kristen Tagari.