Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-hatilah pada Perempuan Cantik

25 Februari 2012   15:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:23 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_165108" align="alignleft" width="243" caption="tabloidkampus.com"][/caption]

Hari ini aku dipaksa menemani istri terjelek tuk menemaninya membeli peralatan jahit di kota. Panas di siang bolong seakan membakar kulit gosong ini. Tak apalah demi mantan pacar... hehehe, nanti toh dapat upah... preetT.

Keluarga mini meluncur disiang bolong saat jalanan sepi. Setelah sampai di pertokoan, mata kami tertuju pada sosok perempuan cantik paruh baya dalam balutan warna pink. Dandanannya apik, kulit putih bersih terawat, gincu merah mencolok elok dipandang mata, sepertinya orang kaya. Tangannya kanannya menggenggam duit warna merah cukup banyak, sambil berbicara dengan pak tua pedagang emas beserta dua lelaki muda kekar. Dalam hati, aku menduga bahwa perempuan itu adalah bos dari pak tua.

Motor aku parkir, lalu kami beranjak masuk ke toko aksesori dan perlengkapan jahit menjahit. Berhubung si kecil merengek sambil menendangi kaki saya minta dibelikan balon, akhirnya aku keluar dari toko dan memilih berdiri di luar meski panas terik membakar.

Matursuwun nggeh pak..., Perempuan itu berdiri lalu beranjak pergi. Anakku semakin mendesak dibelikan balon, namun aku tak peduli. Seperti biasa aku tidak mau ditaklukkan olehnya dalam kondisi yang menurutnya pas tuk memaksa papanya meladeni karepnya.

Tiba-tiba terjadi keributan di sampingku. Pak tua pedagang emas dan kedua laki-laki yang berdiri di sampingnya sedang ribut... lho ibu tadi sudah pergi yah? Lha emas... eee ndi, kok rak eneng? Kok emasnya tak ada? Lha bukannya pak’e sudah ambil emasnya tadi? Lha mau wes tak cekal [tadi sudah saya pegang]... demikian dialog bersahutan dalam kondisi panik yang jelas kusaksikan. Kepanikan semakin menjadi karena Ibu setengah baya yang menjual beberapa perhiasannya sudah raib.

Pak tua segera berlari ke arah perginya perempuan tadi, disusul kedua laki-laki kekar. Beberapa saat mereka kembali ngos-ngosan dengan tangan hampa dan selanjutnya memeriksa dengan teliti kotak timbangan emas dan beberapa perlengkapan pendukungnya.

Istri jelek keluar dari toko dengan tas kresek di tangan. Kasihan sekali itu bapak... uangnya raib tujuh belas juta.

Sahabat, berhati-hatilah selalu, waspadalah. Di sekeliling kita ada bahaya dan si jahat selalu mengintai mencari kesempatan tuk beraksi. Jangan lupa berdoa dan menyerahkan seluruh kehidupan kepada yang Kuasa. Jangan mudah tergiur dengan penampilan apik di depan mata atau buaian bibir manis.

Agar terhindar dari rupa-rupa wujud jahat dalam bentuk hipnotis, tenung dll, maka sebaiknya kita simak tips dan petunjuk dari komentar para ahli di bawah ini.

Daniel Pasedan menyaksikan Pak Tua yang dihipnotis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun