Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Ngakak Perlu Mikir Dong

14 Februari 2012   12:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_162725" align="alignleft" width="300" caption="sumber: google"][/caption]

Kisah ini terjadi di kampung nan jauh di sana. Seperti biasa sehabis pulang sekolah, Mamat dan teman-teman asyik bermain. Entah di kebun, entah di halaman rumah, entah di kali, entah di lapangan. Anak kampung tidak pernah kehabisan ide, peralatan untuk urusan bermain.

Suatu siang, Mamat dan teman-temannya sedang memanjat pohon karsen, pohon ini cukup besar dan sedang berbuah lebat. Pak Joni yang baru pulang dari mengajar kebetulan lewat di bawahnya. Ditengoknya anak-anak yang berisik di atas, rupanya mereka asyik memetik buah karsen.

Mat... Mamat turun! Mamat segera turun, iya Pak... ada apa? Pak Joni membuka tasnya dan mengambil amplop, dicabutnya satu lembar uang. Mamat... ini, kamu pergi beli celana di pasar. Maklum Pak Joni baru saja menerima uang sertifikasi. Pak Joni tidak tega melihat Mamat yang tidak menggunakan celana. Dan memang Mamat adalah anak dari keluarga kurang mampu. Terima kasih Pak... Mamat segera berlari, wajahnya berseri-seri... sambil berlari menuju rumah...

Mak... Mak... Emakkkk!... ayo ke pasar, beli celana... sambil menunjukkan uang di tanggannya. Mamat... dari mana kamu dapat uang itu? kamu mencuri uang siapa? Mak... tidak mak... ini uang dikasi Pak Joni. Tadi waktu Mamat sama teman-teman sedang memanjat pohon karsen, pak Joni lewat trus aku diminta turun. Pak Joni memberiku uang ini untuk beli celana. Mungkin karena kasihan melihat aku tidak pake celana. Ayo mak... kita ke pasar sekarang, nanti pasarnya tutup. Ya sudah kalau begitu, ayo kamu pakai celana dulu, pakai celana seragam saja!

Mamat dan Maknya segera menuju pasar... mereka berjalan menyusuri pematang untuk mempersingkat perjalanan.

Mak Mamat bergumam, hmmm kebetulan! sudah lama saya tidak pernah membeli celana. Celana terakhir dibeli di pasar setahun lalu semenjak suamiku pergi entah kemana. Mungkin Pak Joni juga akan merasa iba dengan saya. Mak Mamat beberapa hari ini memperhatikan Pak Joni pulang sekolah. Setelah yakin dia segera memasang strategi.

Seperti hari-hari kemarin, Pak Joni pulang sekolah pada siang hari. Beliau selalu tepat waktu. Ketika sedang berjalan dia agak heran dengan pemandangan di depannya, tepat di atas pohon karsen. Didekatinya dengan seksama, astaga...! dia memandang ke atas dengan wajah sungguh heran.

Ya ampun..., Bu... bu Mamat... turun bu... nanti jatuh. Dalam hati bu Mamat gembira, hari ini pasti aku dapat celana. Iya pak... bu Mamat turun dengan perlahan. Bu Mamat hampir sampai di tanah. Ngapain pula bu Mamat manjat pohon?

Pak Joni merogoh kantongnya, dia mengambil selembar uang ribuan... Bu... bu Mamat... ini! tolong beli silet di warung sebelah... bu Mamat... !@#$%^&*()_+

dari berbagai sumber tempoe doeloe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun