Sungguh tragis nasib mbak Ana!
Diakui memang, setiap laki-laki yang berpapasan dengannya dibuatnya terpana menyaksikan pemandangan indah di depan mata. Wajar saja karena memang Ana adalah sosok yang menyenangkan, selain berparas ayu, perawakan tinggi semampai selalu menjadi objek yang mengundang decak kagum.
Agh kok larinya ke fiksi toh... niatnya kan politik...
Bukannya bermaksud menghina para korban pemerkosaan yang belakangan terjadi dengan tema rok mini atau pun korban perkosaan yang akan datang. Sekali lagi Tidak!
Penguasa negeri ini adalah Pemerkosa!
Hak-hak rakyat diperkosa sedemikian rupa, dengan teknik dan gaya yang melebihi ajaran kama sutra. Tentu saja selaku pemerkosa, mereka sungguh menikmati perbuatan mereka.
Kasus perkosaan ditutupi dengan perkosaan yang lain dan ajaibnya! tidak ada yang berani menghukumnya.
Ada 2 peluang yang bisa dilakukan rakyat selaku korban perkosaan yang sedang dan masih terus diperkosa.
Yang pertama adalah Melawan, percuma saja teriak-teriak minta tolong. Siapa yang akan menolong? Siapa yang akan mendengarmu? sekelilingmu itu para tuna rungu. Yang bisa dilakukan adalah melawan pemerkosa dengan sekuat tenaga bahkan nyawapun taruhannya!
Kalau tidak bisa melawan, nikmati saja!
Yang kedua adalah nikmati saja! mungkin dengan menikmati segala perlakuan pemerkosa maka dengan sendirinya akan berubah menjadi nikmat.
*** Apakah UUD'45 hanya teks, yang tidak berdaya? ***
"... Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa..."
Saya sedang berpikir-pikir akankah melawan ataukah menjadi penikmat,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H