Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Bayang-Bayang Mertua

22 Oktober 2011   10:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:38 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahun kesebelas pernikahanku dengan Palupi yang dikarunia dua anak yang cantik dan gagah merupakan prestasi yang sungguh luar biasa dalam babak kehidupan ini.

Awal perkenalanku dengannya adalah sebuah memori yang sangat romantis.  Saat itu aku sedang menempuh semester akhir jenjang diploma di kota yang terkenal sejuk adem ayem, di kota inilah seluruh kenangan manis semasa pacaran sampai menikahi Palupi istriku tersimpan dengan rapi.

Niat mengenal lawan jenis dengan serius adalah pantang bagiku sebelum aku mampu hidup mandiri, prinsip itu kupegang sampai desakan keroncongan perut tiada kira tak lagi terbendung, tinggal jauh dari orang tua merupakan tantangan tersendiri dimana urusan perut menjadi pergumulan setiap penghuni kos-kosan, belum lagi kiriman dari orang tua kadang tidak menentu.

Urusan perut inilah yang membawaku berkenalan dengannya. Kebetulan bu Aridha membuka warung makan dirumahnya, sementara pak Kate pegawai swasta dengan beberapa usaha sambilan menyewakan perangkat alat musik dan penyewaan komputer. Bu Ridha sapaan yang lebih akrab dengannya adalah sosok yang ramah periang senantiasa menyapa ketika aku dan teman-teman kos lewat di depan warungnya dan tak jarang obrolan berbagai topik seantiasa mewarnai suasana makan, beliau dengan candanya yang kas membuat banyak mahasiswa lainnya menjadi langganan di warungnya. Sementara pak Kate yang sedikit pendek dariku jarang hadir ataupun kelihatan, kesibukannya dengan berbagai bisnisnya membuatnya tampak tua keriput dengan wajah kaku seolah tidak bersahabat.

Ah, tenang saja... apapun yang terjadi... yang penting hari-hariku di sini bisa dapat makan.

Jarak dari kos-kosan tempatku dengan warung bu Ridha hanya beberapa meter saja, dengan berjalan kaki cukup dan untuk tidak menonjolkan motivasi makan gratis, frekuensi makan di warung bu Ridha dikurangi, setidaknya tiga kali seminggu dan itu sudah cukup mengurangi anggaran makan.

Hari-hariku berjalan dengan berbagai kesibukan menyelesaikan kuliah sembari selalu aktif diberbagai kegiatan yang menyediakan makan gratis. Makan gratis dan dapat ilmu adalah sasaran empuk. Tidak terasa saya sampai pada puncak kuliah dimana saya menghadapi ujian akhir, sebenarnya secara keuangan aku sudah tidak mampu meneruskan tahap sampai ujian, kiriman dana dari orang tua sudah tidak ada beberapa bulan, beruntung pacarku ini tidak pernah mengeluh dengan seringnya aku meminta dana untuk berbagai kebutuhan dan beberapa bantuan hasil keringat menjadi assisten maupun kepanitiaan yang usaha dananya sukses.

Sesekali aku memanfaatkan posisi dan wewenangku sebagai ketua senat fakultas untuk mengatur kegiatan ekstra mahasiswa.  Berbagai kegiatan seminar maupun workshop yang diselenggarakan di luar kota diikuti oleh beberapa mahasiswa, dan tentu saja kegiatan itu ada aku dan dia.

Wisuda merupakan puncak proses dalam sebuah jenjang pendidikan, pada tahap ini kami rayakan dengan penuh hikmat dengan senyam dan senyum sepanjang hari. Selesai acara wisuda, kami berdua berjalan kaki mengitari jalan utama di kota ini sembari beberapa kali mampir di warung kaki lima tuk mengisi perut dengan camilan atau sekedar membasahi tenggorakan dengan segarnya minuman dingin. Setelah puas dan merasa letih kami kembali, dia kuantar kembali ke rumahnya sementara aku pulang ke kos.

***

Pernikahan dua sosok dengan latar belakang budaya yang sangat jauh berbeda mewarnai awal rumah tangga kami. Resepsi pernikahan berlangsung dengan sederhana yang dilangsungkan di rumah dengan beberapa tamu undangan dari keluarga istri dan juga dari teman-teman mahasiswa. Ini saatnya aku traktir kalian makan sepuasnya, candaku kepada teman-teman kos serta teman-teman mahasiswa saat mereka datang memberi salam. Dengan lahapnya mereka menikmati satu persatu hidangan yang tersedia, aku tersenyum puas melihat mereka bercanda ria ngomongin aku sambil menikmati hidangan makanan minuman.

Satu hal yang menarik dalam acara nikahan kami yang juga sempat dimuat di koran lokal saat itu adalah ngototnya mertuaku menggunakan andong sebagai kendaran tuk mengangkut rombongan dari rumah menuju gereja untuk pemberkatan nikah. Jarak dari rumah ke gereja memang tidak terlalu jauh sehingga tidak ada alasan untuk menolak keinginan pak Kate walaupun sewa beberapa andoong saat itu sedikit lebih mahal dari pada menyewa mobil. Saat itu andong sedang diupayakan untuk digusur oleh pemerintah setempat, dan rupanya pak Kate yang bertabiat keras dan suka melawan arus memanfaatkan momen tersebut untuk menggalang simpati terhadap eksistensi andong di kota nan ramah ini.

Sore hari setelah acara selesai, aku mengundang teman-teman kos untuk datang sembari bantu-bantu beres-beres dekorasi serta perlengkapan sewaan yang berlanjut dengan makan malam sekaligus perpisahan dengan mereka semua, karena rencana kami setelah beberapa hari ke depan kami akan menuju tempat kelahiraku.

Berlanjut...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun