Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

“Asyiknya Merobek Selaput”

19 Agustus 2014   05:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Diterapkannya kurikulum 2013 di sekolah membawa dukacita bagi sebagian kalangan. Bagi pribadi kaku dan rendah alternatif tentu kebijakan ini akan menyiksa. Betapa tidak, selama ini sudah nyaman dengan cara KTSP, sudah nyaman dengan cara penyampaian materi bahkan penilaian, ndelalah mesti menyesuaikan diri dengan cara berbeda.

Dalam kacamata saya, kurikulum hanyalah pendekatan untuk mencapai angan agar manusia yang terlibat di dalam proses ini menjadi lebih cerdas. Kurikulum tidak lebih dari cara-cara terencana, sistematis dan masif (hehe minjam istilah mu bro) agar bobot bebet dan kualitas hidup manusia lebih baik.

Kurikulum apapun yang diterapkan, siapapun pengampuh kebijakan pendidikan, Pendidikan tetaplah Pendidikan yang esensinya "memicu pribadi untuk keluar dari kegelapan, abu-abu menuju terang".

Pendidikan tidak jauh-jauh dari soal pemahaman, paham, mau dan tergerak melakukan dan berujung pada "lihat apa yang terjadi". Sehingga penilaian akan fokus pada "adakah buah perubahan positif  pada pribadi yang telah mengalami proses pendidikan".

Demikianlah teori-teori yang menggema terkait pendidikan, proses, interaksi, pandangan selama tiga, empat minggu yang telah beralalu dan hal ini semata-mata bersumber dari diriku sendiri.

Tentang selaput.

Apa itu selaput? Selaput siapa? Mengapa robek? Kapan robek? Di mana robek?

Semester ini saya mendapat tanggung jawab untuk mengampuh salah satu matapelajaran yang berbeda dengan latar keilmuan apalagi ijapsah. Semenjak bergaul dengan pribadi-pribadi hebat di Kompasiana dan beberapa media sosial lain, serta banjir bandang ilmu dan pengetahuan yang bisa dijangkau kapan saja dimana saja, saya menjadi pribadi berbeda dan senang dengan segala macam ilmu. Terutama dengan pengetahuan mengenai manusia itu sendiri.

Kelas X matapelajaran Seni dan Budaya pkl. 13.00 wita.

Bisa kebayang betapa merontanya perut anak-anak yang dari pagi dipaksa mengikuti pelajaran, sungguh gelisah keaduk ngantuk nan loyo saat jam pelajaran di siang bolong.

“Siang ini kita tidak belajar! Kita hanya cerita-cerita saja dan menyanyi-nyanyi saja”.

Yesssss... sorak anak-anak mengambil posisi menyimak. “Ayo lagu apa yang kalian suka?” sambil megang gitar yang saban hari tak tenteng [berlagak dan blagu sok bisa nggitaran] dan menawarkan rekorder dan ukulele bagi yag bisa memainkannya.

Letih lesu sirna dengan lagu kesukaan anak-anak. Terus terang saya tidak nyambung dengan lagu dan selera mereka, namun suka tidak suka saya tetap harus bisa mengikutinya.

“Baik... Tahukah kalian apa isinya kepala masing-masing?” sambil menyiapkan projector n lapy tuk menampilkan materi “Menggunakan Otak Kanan”.

**Saya telah melanggar kurikulum! Harusnya mengikuti arahan materi yang sudah disusun para pakar di sana dan saat ini sudah dalam wujud buku yang dibagi geratis kepada sekolah-sekolah. Pelajaran Seni lhaaa kok isinya wawasan thok! Ngebahas segala yang terkait seni di luar tubuh bagi si belajar.... Hmmmm... Sama sekali tidak mengupas bagian mana pada tubuh manusia yang hendak mengunyah seni dan bagaimana mengunyahnya... hikz.

“Oke... “ sambil menunjuk satu siswa dengan jempol, “Kamu mau makan?” Mau pak! “Sekarang kamu kenyang?” siswa nggeleng... “Tahu caranya biar bisa kenyang?”

“Kamu mau kaya?” Mau pak! “Tahu caranya agar bisa kaya?” matanya melotot... bengong...

“Coba cermati! Lapar, mau makan dan melakukan aktifitas makan. Bandingkan: Miskin, mau kaya, lakukan aktifitas yang membuat kaya.

“Dan salah satu modal besar untuk menggapai semua yang Anda inginkan adalah Jujur!”

“Mari kita jujur di sini, apa saja boleh diungkapkan! Termasuk yang kalian risih katakan.”

Siapa yang merokok di sini? Separuh angkat tangan...

Siapa yang sudah punya pacar? Wow... keren...

Siapa yang pernah main judi? Oke... terima kasih sudah Jujur.

“Begini...! Kamu mau merokok atau nggak... bukan urusan saya!, kamu punya pacar apa nggak, sama sekali nggak ada urusannya dengan saya!, kamu mau main judi atau nggak toh nggak pengaruh sama aku!”

Jadi... silahkan pilih mana yang kamu mau lakukan atau tidak, yang jelas saya wajib menunjukkan apa adanya.

Mau cita-cita terwujud atau asyik dengan aktifitas yang menjauhkanmu dari mimpi dan angan adalah pilihan diri sendiri.

**Nggak terasa waktu berlalu dua jam... mereka semua masih asyik dan lupa dengan lapar. Kita lihat pertemuan berikut apakah “selaput” masih menutupi pandangan olah pikir ataukah sudah robek se robeknya di kelas ini.

Oke...! waktunya pulang, siapa berani memimpin kita berdoa pulang?

**hal lain yang belum terungkap di sini adalah soal "Keliru"...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun