Layaknya anak kecil yang merengek-rengek minta kue, kue yang di tangan belum habis... eh masih merengek minta lagi. Sampai kedua tangan penuh dengan kue dan sambil melahap dengan rakusnya demikianlah gambaran Jokowi dengan serakahnya meminta jabatan sama ibunya.
Lihat saja di Solo!
Setelah diberi jabatan walikota Solo untuk periode pertama, masih belum puas minta periode kedua. Belum tuntas periode kedua, merengek minta jabatan yang lebih tinggi menjadi gubernur DKI dan sekarang fakta membuktikan bahwa belum tuntas apa yang dikerjakan di DKI sekarang malah minta menjadi Presiden Republik Indonesia.
Siapa yang salah dalam hal ini? Ibunyakah atau Jokowikah?
Yang pasti, nampak jelas bahwa Jokowi adalah sosok yang serakah! belum tuntas mengerjakan yang satu, minta lagi yang lain. Masih mending minta kerupuk, diberi sekarung tidak masalah. Tetapi ini, minta jabatan apalagi yang namanya menjadi presiden yang mengurusi sekarung bahkan berkarung-karung persoalan bangsa, apa yang bisa dilakukannya?
Gambaran tentang Jokowi terlalu digembar-gemborkan oleh orang-orang yang haus kekuasaan! Masyarakat dihipnotis dengan citra seolah-olah bahwa Jokowi adalah mata air di padang gurun.
Celakanya, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Jokowi adalah titisan Soekarno! Hah... ada-ada saja mereka, tampang pas-pasan kok mimpi selangit, apalagi mau disamakan dengan Proklamator. Bisa apa dia?
Demikianlah pandangan orang-orang tentang sosok Jokowi. Benarkah demikian?
Memang benar bahwa setiap orang berhak beropini tentang apa saja yang dia dengar, dia lihat, dia rasakan, dia kerjakan dan pasti benar bahwa pandangan atau opini belum tentu seratuspersen tepat, untuk itu perlu ada bukti nyata untuk mendukung opini tepat atau keliru.
Persoalan yang bangsa Indonesia [di dalamnya termasuk Anda] hadapi adalah menentukan sosok yang akan memimpin bangsa ini. Jika seseorang memelihara opini sesat dan kemudian menjadi alasan untuk memilih yang tidak tepat maka bisa dipastikan bahwa orang tersebut memiliki andil dalam menghambat kemajuan bersama [di dalamnya termasuk Anda].
Baik, mari kita bicarakan dengan jiwa yang bersih. Bersih dari dengki, bersih dari olok-olok pun bersih dari keinginan sesat karena pesoalan wajah yang tidak sesuai dengan selera Anda.
Benarkah Jokowi seperti anak-anak?
Ya... memang benar! Jokowi memiliki karakter anak-anak. Tidak menyimpan kesalahan orang lain terhadap dirinya, tulus dan apa-adanya dalam berekspresi, tidak dibuat-dibuat seolah ingin mendapatkan citra agar disenangi.
Sifat anak-anak wajib dimiliki seorang Pemimpin. Perhatikan orang dewasa, mereka lihai menggunakan segala cara agar keinginannya terpenuhi! Perhatikan pemuda yang lihai mencari mangsa perempuan, dengan segala cara gombal rayuan dan jurus-jurus maut untuk menaklukkan hati perempuan rapuh dan setelah diperolehnya?
Sifat anak-anak berbeda dengan karakter kekanak-kanakan!