Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baru Nyadar, Ternyata Jokowi Itu Sosok Serakah

24 Juni 2014   02:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:26 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Layaknya anak kecil yang merengek-rengek minta kue, kue yang di tangan belum habis... eh masih merengek minta lagi. Sampai kedua tangan penuh dengan kue dan sambil melahap dengan rakusnya demikianlah gambaran Jokowi dengan serakahnya meminta jabatan sama ibunya.

Lihat saja di Solo!
Setelah diberi jabatan walikota Solo untuk periode pertama, masih belum puas minta periode kedua. Belum tuntas periode kedua, merengek minta jabatan yang lebih tinggi menjadi gubernur DKI dan sekarang fakta membuktikan bahwa belum tuntas apa yang dikerjakan di DKI sekarang malah minta menjadi Presiden Republik Indonesia.

Siapa yang salah dalam hal ini? Ibunyakah atau Jokowikah?
Yang pasti, nampak jelas bahwa Jokowi adalah sosok yang serakah! belum tuntas mengerjakan yang satu, minta lagi yang lain. Masih mending minta kerupuk, diberi sekarung tidak masalah. Tetapi ini, minta jabatan apalagi yang namanya menjadi presiden yang mengurusi sekarung bahkan berkarung-karung persoalan bangsa, apa yang bisa dilakukannya?

Gambaran tentang Jokowi terlalu digembar-gemborkan oleh orang-orang yang haus kekuasaan! Masyarakat dihipnotis dengan citra seolah-olah bahwa Jokowi adalah mata air di padang gurun.
Celakanya, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Jokowi adalah titisan Soekarno! Hah... ada-ada saja mereka, tampang pas-pasan kok mimpi selangit, apalagi mau disamakan dengan Proklamator. Bisa apa dia?

Demikianlah pandangan orang-orang tentang sosok Jokowi. Benarkah demikian?

Memang benar bahwa setiap orang berhak beropini tentang apa saja yang dia dengar, dia lihat, dia rasakan, dia kerjakan dan pasti benar bahwa pandangan atau opini belum tentu seratuspersen tepat, untuk itu perlu ada bukti nyata untuk mendukung opini tepat atau keliru.

Persoalan yang bangsa Indonesia [di dalamnya termasuk Anda] hadapi adalah menentukan sosok yang akan memimpin bangsa ini. Jika seseorang memelihara opini sesat dan kemudian menjadi alasan untuk memilih yang tidak tepat maka bisa dipastikan bahwa orang tersebut memiliki andil dalam menghambat kemajuan bersama [di dalamnya termasuk Anda].

Baik, mari kita bicarakan dengan jiwa yang bersih. Bersih dari dengki, bersih dari olok-olok pun bersih dari keinginan sesat karena pesoalan wajah yang tidak sesuai dengan selera Anda.

Benarkah Jokowi seperti anak-anak?
Ya... memang benar! Jokowi memiliki karakter anak-anak. Tidak menyimpan kesalahan orang lain terhadap dirinya, tulus dan apa-adanya dalam berekspresi, tidak dibuat-dibuat seolah ingin mendapatkan citra agar disenangi.

Sifat anak-anak wajib dimiliki seorang Pemimpin. Perhatikan orang dewasa, mereka lihai menggunakan segala cara agar keinginannya terpenuhi! Perhatikan pemuda yang lihai mencari mangsa perempuan, dengan segala cara gombal rayuan dan jurus-jurus maut untuk menaklukkan hati perempuan rapuh dan setelah diperolehnya?

Sifat anak-anak berbeda dengan karakter kekanak-kanakan!

Apakah Jokowi meminta jabatan apalagi merengek-rengek? Tidak!
Jokowi menawarkan diri, rakyat menghendaki, Jokowi membuktikan tanggungjawabnya bahwa kepercayaan dan tanggungjawab yang diembannya tidak digunakan salah. Solo membuktikan bahwa Jokowi tidak durhaka apalagi melakukan penghianatan terhadap rakyat. Jika Anda belum pernah ke solo melihat perubahan di sana dan berbincang dengan wong cilik, sebaiknya telusurilah lebih banyak apa dan bagaimana solo sebelum dan sesudah dijamah Jokowi.

Sederhana dan sangat sederhana menilai sosok yang bertanggungjawab dan bisa diandalkan. Lihat saja, apakah dia jujur? apakah dia tamak? terutama soal uang, harta, perempuan, mobil, rumah. Boro-boro mau serakah perempuan, tampang aja pas-pasan, body kurus kurang elok di mata perempuan! hehehehe Jauh kali dengan si gemuk, dapat bidadari lha kok disia-siakan...

Yo... mari kita lihat Jakarta.
Memang benar bahwa persoalan Jakarta seabrek, runyam dan belum semua tuntas di tangan Jokowi dan team!

Mari perhatikan Jakarta sebelum dan setelah di tangan si Lembut.
Sebelumnya, Jakarta menyimpan seabrek persoalan sebagai akibat dari kepemimpinan yang sarat masalah. Dari periode ke periode kepemimpinan, selalu menyisakan dan menambah runyam persoalan Jakarta dan itu karena pemimpinnya dewasa! pandai dan cerdik membangun citra di mata publik.

Setelah ditangan si Kurus, silahkan hitung sendiri bukti konkrit dari kerja bersama team. Buktinya? Presiden Jokowi tidak pernah mengatakan itu semua karena Saya! Jokowi meski telah melakukan banyak hal bersama team, Beliau tidak pernah angkuh, membanggakan diri. Bukankah Beliau selalu mengatakan, masih terlalu banyak yang kita akan kerjakan!
Kalau kita mau jernih berpikir dan melihat persoalan Jakarta, harus ada sosok yang mampu menghalau hambatan dan masalah akibat kebijakan dan implementasi program Nasional. Bukankah Jakarta adalah barometer Indonesia? untuk itu terlalu banyak persoalan Jakarta tidak beres karena menteri sibuk dengan kepentingan partaiii.

Sederhananya begini,
Orang baik tentu peduli kepentingan bersama dan hanya orang fhasik yang hanya mikirin diri sendiri. Jika kita ingin maju dan berubah jadi baik secara bersama maka mari kita mulai dari diri sendiri melihat secara objektif dan apa adanya.

Mari melihat secara seksama siapa saja orang baik, cerdas, berani dan berjuang untuk kepentingan orang banyak yang mendukung Jokowi untuk menjadi Presiden. Anda adalah orang bijaksana yang bisa melihat siapa saja yang telah terbukti menyengsarakan orang banyak, siapa saja yang telah menguntit harta negara dan saat ini satu kereta dengan calon presiden.

Saya mendukung Jokowi karena karakter Beliau adalah karakter manusia yang penuh welas asih terlebih hormat sama keluarganya dan bukan karakter binatang seperti macan.

Memang benar hak Anda memilih sesuai dengan selera, keinginan, pengetahuan, wawasan masing-masing. Cerdas dan berani saja belum cukup, dibutuhkan sosok yang bijaksana, punya hikmat dan pengetahuan terlebih telah dan terus membuktikan diri melimpah kasih sayang terhadap orang-orang terdekat, Ibunya, Anak-anaknya, Istrinya dan itu berpotensi memberi kasih sayang terhadap Bangsa Indonesia. [paragraf ini juga hendak mengatakan bahwa Jokowi memiliki kecerdasan spiritual yang tidak penting diragukan]

Salam Kasih...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun